Kunci Bijak dalam Menghadapi Banjir Informasi Era Digital
Dalam era perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terus berlanjut, sarana komunikasi massa telah memudahkan partisipasi masyarakat. Masyarakat bukan lagi menjadi objek pasif, melainkan sebagai subjek yang aktif dalam praktik komunikasi massa. Individu kini dapat melakukan komunikasi ke massa secara mandiri (personalized) melalui media sosial atau platform digital.
Dalam era informasi yang begitu masif dan cepat, penting untuk memahami peran filter informasi sebagai alat yang membantu menyaring, memverifikasi, dan mengelola aliran informasi yang diterima. Filter informasi diperlukan agar masyarakat dapat memilah-milah informasi yang benar, akurat, dan relevan, serta menghindari penyebaran informasi yang dapat menyesatkan atau merugikan.
Dengan adanya filter informasi, diharapkan masyarakat dapat menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas, kritis, dan bertanggung jawab. Verifikasi informasi, pengecekan sumber, dan kewaspadaan terhadap informasi yang bersifat hoaks atau tidak terverifikasi menjadi langkah-langkah penting dalam menjaga integritas dan kualitas informasi yang diterima. Sebagai individu, kesadaran akan pentingnya filter informasi dapat membantu melindungi diri dari dampak negatif informasi yang tidak valid.
Selain itu, transparansi dan keterbukaan juga semakin terasa dalam era digital ini. Akses mudah terhadap berbagai informasi membuat masyarakat lebih rentan terhadap informasi, termasuk yang mungkin bersifat rahasia. Meskipun informasi menjadi lebih terpersonalisasi dan terbuka, kecepatan perolehan informasi seharusnya meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat.
Namun, banyaknya informasi yang diperoleh dengan cepat dapat membuat masyarakat cenderung lebih impulsif dalam membentuk opini atau menyimpulkan suatu informasi. Ironisnya, kecepatan dan volume informasi yang masuk tidak selalu diiringi oleh tingkat kehati-hatian dalam menyebarkan informasi yang belum tentu akurat. Hal ini menjadi sebuah paradoks di mana, meskipun informasi menjadi lebih terpersonalisasi, terbuka, dan cepat,
masyarakat juga menjadi lebih rentan terhadap penyebaran informasi yang mungkin tidak valid.
Salah satu aspek yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat dalam menghadapi banyaknya dan kecepatan informasi adalah verifikasi atau validasi informasi. Verifikasi merupakan langkah penting untuk menyaring apakah suatu informasi dapat dipercaya atau tidak, sehingga masyarakat diharapkan dapat mengembangkan keterampilan kritis dalam mengonsumsi informasi digital.
Ketika mengidentifikasi kebenaran dari suatu informasi, perlu dicermati dari berbagai sudut pandang karena sudut pandang individu atau kelompok dapat memengaruhi interpretasi kebenaran tersebut. Faktor-faktor internal dan eksternal, baik yang bersifat personal maupun kontekstual, turut memengaruhi pemahaman terhadap kebenaran suatu informasi.
Dalam era informasi yang semakin massif dan cepat, penting untuk memperketat proses verifikasi. Tingkat skeptisisme terhadap informasi seharusnya semakin tinggi, sebagaimana dilakukan oleh profesional media massa. Masyarakat perlu bijak dalam mengonsumsi informasi, merangkai informasi dengan cermat untuk memperoleh gambaran yang utuh. Pemahaman akan media mana yang dapat memberikan informasi yang komprehensif juga menjadi kunci.
Konsep "good will" dalam komunikasi tidak selalu mudah dipahami, dipelajari, atau dipraktikkan, meskipun dampaknya signifikan. Tidak semua informasi harus disebarluaskan kepada semua orang, bahkan informasi yang benar sekalipun. Sebagai penerima informasi yang baik, masyarakat harus memahami tanggung jawabnya untuk melakukan tugas verifikasi dan penelitian sebelum menyebarkan atau menerima suatu informasi.