Dalam proses belajar mengajar, sering kali peserta didik senang untuk asik sendiri. Ada yang lari dari meja satu ke meja lainnya, ada yang asik bercengkrama, bahkan ada yang tiba-tiba menangis di dalam kelas karena masalah yang sepele. Hal-hal tersebut memang umum untuk peserta didik sekolah dasar terlebih lagi dalam kelas kecil. Tentu saja hal tersebut menjadi tantangan tersediri bagi guru. Sebagai guru harus pandai-pandai dalam menangani hal tersebut. Namun memang terkadang guru sudah memberikan pembelajaran yang asik kepada peserta didik akan tetapi masih belum efektif dalam menangani masalah-masalah yang ada di dalam kelas saat proses belajar mengajar.
 Seperti disalah satu sekolah dasar di Kabupaten Semarang, guru sudah memberikan pembelajaran yang menyenangkan dengan mengajak belajar lewat video contohnya. Namun beberapa peserta didik tetap merasa jenuh dan akhirnya asik bermain sendiri. Lalu apa yang menjadi alasan peserta didik jenuh dalam pembelajaran tersebut? Ternyata tidak semua peserta didik di kelas tersebut memiliki modalitas belajar audio visual saja. Namun ada yang memiliki modalitas belajar kinestetik visual, yang dimana peserta didik lebih senang melakukan pembelajaran dengan berinteraksi secara langsung.Â
Selain modalitas belajar, ternyata peserta didik di sekolah tersebut memiliki minat yang berbeda-beda dalam pembelajaran. Mayoritas dari mereka senang dengan pembelajaran olahraga dan seni. Lalu bagaimana ketika guru sedang menyampaikan materi pembelajaran yang lain seperti matematika? Jika guru tetap melakukan pembelajaran matematika dengan cara yang biasa guru terapkan, maka peserta didik yang tidak berminat dalam matematika akan tetap kesusahan dalam memahami materi yang guru sampaikan. Â Lalu cara apa lagi yang guru harus terapkan agar peserta didik tertarik dan paham dengan materi yang disampaikan?
Carol Ann Tomlinson adalah pionir dalam pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pengajaran di mana guru secara proaktif menyesuaikan metode pengajaran dan strategi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam dari semua peserta didik (Carol Ann Tomlinson, 1997). Beliau juga mengemukakan bahwa terdapat empat komponen utama dalam berdifrensiasi, yaitu konten (apa yang diajarkan), proses (bagaimana materi diajarkan), produk (bagaimana siswa menunjukkan apa yang mereka pelajari), dan lingkungan belajar.Â
Yang pertama dilakukan guru adalah konten (apa yang diajarkan), setelah guru mengetahui modalitas belajar dari peserta didik, maka guru dapat mengelompokan dalam beberapa kelompok. Seperti kelompok audiotori visual dengan menonton video pembelajaran dan kinestetik visual dengan mengamati secara langsung objek pembelajaran. Selanjutnya adalah proses (bagaimana materi diajarkan), beberapa peserta didik kelompok audiotori visual menyimak video yang ditayangkan oleh guru dan kelompok kinestetik visual mempraktekan pembelajaran secara langsung bersama guru.Â
Setelah itu terdapat produk. Produk adalah apa dan bagaimana peserta didik menunjukkan hal yang telah mereka pelajari. Dalam tahap ini guru telah mengelompokkan peserta didik berdasarkan minat belajar mereka. Seperti contohnya dalam pembelajaran matematika peserta didik yang berminat dengan olahraga diberikan penugasan yang masih berhubungan dengan olahraga. Peserta didik yang berminat olahraga diberikan penugasan puzzle berbentuk lapangan olahraga lalu mereka diminta untuk mengukur luas dari puzzle lapangan tersebut.Â
Sedangkan dengan peserta didik yang berminat seni diberikan penugasan seperti menggambar denah kamar tidur impian beserta ukuran dan luas denah tersebut. Dan yang terakhir adalah lingkungan belajar. Dengan menerapkan strategi tersebut peserta didik dengan macam modalitas belajar dan minat belajar akan bisa memahami pembelajaran dengan menyenangkan tanpa ada tekanan. Lalu bagaimana agar kelas tetap terkendali dan tertib selama pembelajaran berlangsung tanpa ada peserta didik yang asik bercengkrama sendiri?
Pentingnya strategi pengajaran yang efektif dalam pembelajaran berdifrensiasi antara lain dalam pengelolaan kelas dan penggunaan data (Robert J. Marzano, 2001). Manajemen kelas yang baik adalah kunci untuk memungkinkan diferensiasi yang efektif. Terdapat beberapa strategi untuk mengelola kelas agar tidak ada lagi peserta didik yang asik sendiri dan pembelajaran menjadi berjalan dengan tertib. Seperti salah satunya adalah aktivitas jangkar atau yang sering disebut sebagai "anchor activities". Aktivitas jangkar sendiri adalah tugas atau proyek yang dirancang untuk peserta didik yang telah menyelesaikan pekerjaan utama mereka lebih awal atau memerlukan tugas tambahan untuk tetap terlibat dan termotivasi. Aktivitas ini membantu memastikan bahwa waktu peserta didik digunakan dengan produktif dan mencegah mereka menjadi tidak fokus atau mengganggu peserta didik lain.Â
Strategi ini sangat membantu dalam mengelola kelas. Sedangkan penggunaan data dapat digunakan untuk memahami kebutuhan belajar siswa dan merencanakan instruksi yang sesuai. Seperti mengetahui kesiapan belajar peserta didik, modalitas belajar peserta didik maupun minat dari peserta didik. Kesiapan belajar disini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik tentang materi yang akan disampaikan. Hasilnya adalah guru dapat mengetahui berapa peserta didik yang sudah tahu dan mengenal materi tersebut dan berapa peserta didik yang masih belum tahu dan mengenal materi tersebut.
Ketika menghadapi peserta didik yang kurang minat dalam beberapa pembelajaran, pembelajaran berdifrensiasi adalah solusi yang tepat. Hal yang pertama harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berdifrensiasi adalah penggunaan data untuk mengetahui kesiapan belajar, minat belajar dan modalitas belajar peserta didik, dengan begitu guru akan lebih mudah untuk menentukan arah pembelajaran tersebut akan kemana (Robert J. Marzano, 2001). Setelah mengetahui kesiapan belajar peserta didik, lalu minat peserta didik, dan modalitas dari peserta didik, guru dapat menerapkan strategi dari Carol Ann Tomlinson. Yaitu konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Nah, lalu ketika peserta didik setelahnya masih senang untuk asik sendiri, apa yang harus dilakukan guru?Â
Jawabannya adalah dengan aktivitas jangkar atau "anchor activities". Dengan aktivitas jangkar maka tidak ada peserta didik yang memiliki waktu luang sehingga pembelajaran di kelas akan tetap terkendali. Peserta didik sendiri juga akan lebih senang ketika mengikuti pembelajaran karena dengan pembelajaran berdifrensiasi guru lebih fokus kepada peserta didik.