Pelajaran matematika sudah seperti musuh bagi sebagian besar peserta didik di Indonesia. Menurut mereka, matematika itu sulit dimengerti dan diterima oleh otak. Namun, banyak para orang tua yang memaksa anaknya untuk memahami matematika. Dan tidak sedikit pula yang menganggap bahwa anak itu harus pintar matematika. Misal ada seorang anak yang lemah dalam matematika, orang tuanya malah memaksa anaknya untuk terus belajar sampai menguasai matematika. Hal tersebut seharusnya tidak dilaksanakan. Setiap anak sudah memiliki kemampuannya masing-masing yang bisa dikembangkan tanpa paksaan.
Menurut teori belajar Multiple Intelligence, seorang anak pasti sudah memiliki kecerdasan dasar, dan pasti memiliki salah satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol. Anak yang lemah dalam pelajaran matematika, belum tentu ia lemah dalam hal seni baik seni musik, tari, atau gambar. Sebaliknya, anak yang pandai matematika belum tentu pandai juga dalam bidang seni atau bahasa. Sebagai orang tua, kita harus memahami kemampuan anak kita dalam bidang apa agar kita bisa memfasilitasi untuk mengembangkan minat dan bakat mereka tersebut tanpa paksaan yang berarti.
Matematika memang penting, namun tidak semua orang harus menguasai matematika. Kita harus sadar bahwa semua manusia memiliki kapasitas pemahaman masing-masing terhadap bidang yang ada. jika seorang anak lemah dalam matematika, jangan paksa ia untuk terus belajar matemattika. Akan lebih baik jika orang tua memberi anak kesempatan untuk mengembangkan bidang yang ia kuasai. Tentu itu akan lebih menghasilkan bagi seorang anak karena ia tidak merasa tertekan. Jadi, tidak semua orang harus pintar matematika. Setidaknya, kemampuan operasi bilangan seperti penjumlahan, perkalian, dan pengurangan saja cukup untuk menjalankan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H