Langit yang awalnya cerah kini telah berubah berwarna gelap. Saat itu aku menikmati senjaku di pelabuhan. Segerombolan pemuda lelaki yang membawa gitar serta sebuah benda terbuat dari plastik di tangannya, bernyanyi dengan sorak tak beraturan. Seseorang menaruh uang receh di benda yang terbuat dari plastik itu. Setelah itu segerombolan pemuda langsung bergi tak lupa pula mereka bertutur terimakasih kepada orang itu.
Dua cangkir yang berisi kopi telah ada dihadapanku yang sudah aku pesan beberapa waktu tadi. Aku mencium aroma kopi itu mengingatkanku dengan seseorang yang membuatku rindu tiap waktu. Rindu itu muncul ketika ia beranjak pergi dari pelabuhan meninggalkanku tanpa sepatah kata pun yang aku dengar.
Rindu dimana kau kini berada?
Salam hangat ku selalu terbawa oleh hembusan angin yang menyejukan hatiku. Ku seduh kopi itu perlahan. Tiba-tiba ada sosok yang tidak asing lagi duduk di sampingku, ia berbadan agak kurus, tinggi serta aku tatap wajahnya seolah ia mempunyai karisma yang sungguh menawan.
Rindu? Sapaku.
Iya, dia yang selama ini aku rindukan kini ada di sampingku. Namun kenapa ia diam saja, menatapku dengan sepasang bola mata yang berbinar, bibir manisnya tersenyum kepadaku. Aku berlama-lama menatap bola mata itu. Sepertinya aku ingin menyentuh boa matanya namun ku tahan, aku hanya ingin menatapnya lebih lama lagi. Ah, bagaimana aku bisa menahan rasa gerget ku saat ini, ia sangat menawan. Inginku memeluknya merasakan kehangatan itu tapi sepertinya itu tidak mungkin. Semerbak parfum yang dikenakannya menambah aroma rindu ku semakin tak terbendung. Rindu kenapa diam saja tak bertutur satu katapun sejak ia duduk dihadapanku tadi.
Rindu, aku ingin memelukmu.
Bolehkah aku memelukmu?
Inginku merasakan hangatnya tubuhmu, kenapa kau diam saja rindu?
Aku semacam orang gila yang berbicara sendiri walaupun disampingku ada orang yang menemani. Tak menunggu lama lagi rindu memelukku, tetesan air mataku membasahi kemeja yang dikenakannya. Aku kembali mememluk erat si rindu, ku tatap bola mata itu kembali. Oh Tuhan aku tak sanggup melihatnya lagi, ia sungguh menawan.
Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahuku dari belakang.