Lamunan ku tersadar oleh suara ketukan pintu rumah, entah siapa yang datang. Ku lihat jam tangan ku waktu menunjukan pukul 8 malam. Memang belum terlalu larut tapi untuk seorang perempuan seperti aku yang tinggal di kontrakan sangatlah tak wajar. Belum kubuka pintu itu pikiranku sudah berlari kemana-mana.
“siapa yang datang?”. Pikirku
Sepertinya di malam minggu ini aku tak ada janji dengan seorangpun. Ingkinku membuka pintu itu tapi aku takut. Beberapa menit kemudian aku semakin ketakutan, kaki dan tanganku gemeteran serta keringat dingin jatuh dari keningku dan hatiku berdebar tanpa irama. Oh Tuhan siapa dia?
Pintu itu diketuk tiada henti tak ada suara di balik pintu itu. Hanya ketukan, yaa hanya suara ketukan pintu.
Aku mencoba beranjak selangkah dari tempatku, dua langkah, tiga langkah semakin dekat dan semakin mendekat suara ketukan pintu itu semakin keras. Aku mengambil nafas sedalam-dalamnya lalu aku hembuskan agar perasaanku sedikit hilang. Tanganku mulai menyentuh daun pintu perlahan aku buka pintu itu. Mataku terbelalak ketika aku melihat apa yang ada di balik pintu. Aku terdiam air mata menetes seketika itu, perasaanku mulai rapuh. Ingin rasanya menggapai apa yang di balik pintu itu. Sekian lama aku menanti sekarang ada di depanku.
“Adek” sapanya
Aku semakin tak bisa membendung air mataku
“Adek merindukanmu Mas” cakapku
“rindumu selalu menemaniku Dek, tiada hentinya aku memikirkanmu, merindukanmu, mencemaskanmu karena tak ada orang yang menjagamu di sampingmu Dek.”
“Adek menyayangimu Mas”
“Mas juga menyayangimu Dek, terimakasih sudah bersedia menunggu kehadiran Mas di samping Adek lagi”