Mohon tunggu...
Fitri Syayidah Elok Faiqoh
Fitri Syayidah Elok Faiqoh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wife, Mom, Writer

Be Your Self

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asal Mula Karet Gelang "Tertulis untuk Masa Kecilku"

29 September 2017   15:24 Diperbarui: 29 September 2017   15:28 2982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

apakah kalian tau karet gelang? apa kalian suka karet gelang? dengan karet gelang kita bisa membuat mainan lompat tali lho, caranya mudah sekali.. karet gelang kita ikat satu sama lain sehingga menjadi panjang menyerupai tali. permainan ini membutuhkan paling sedikit tiga orang. tapi ada nggak ya kira-kira di zaman gadget ini masih ada permainan lompat tali? 

oh iya.. asal-usul karet gelang ditemukan secara tidak sengaja oleh orang inggris bernama Thomas Hancock. suatu hari di tahun 1820, ia memotong-motong botol karet dan menjadi sesuatu yang mirip dengan gelang. ia menggunakan karet gelang untuk mengikat kaos kaki agar tidak melorot dan untuk mengikat ikat pinggang. 

sejak itulah ia dikenal sebagai penemu karet gelang. tapi Hancock tidak pernah mematenkan temuannya itu. sayang sekali yaa.. waktu itu mungkin hancock tidak menyadari kalau karet gelang akan menjadi barang yang banyak digunakan oleh manusia dan banyak laku dipasaran.

wah... ternyata ada yang mengembangkan karet gelang lhoo.. siapakah dia?

orang yang berjasa mengembangkan karet gelang menjadi lebih banyak gunanya adalah Stephen Perry. seorang berkebangsaan inggris. pada tahun 1845, ia mematenkan karet gelang buatannya. dan pada akhir tahun tersebut ia juga mendirikan pabrik karet pertama di dunia, wah keren yaa..

karet gelang banyak gunanya juga selain untuk mainan lompat tali, apasih contoh lainnya.. untuk mengikat rambut, untuk menali sapu lidi, untuk menali nasi bungkus, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan kita.

karena karet gelang bermacam warna, bagi kita yang melihat tidak akan jenuh. karena disajikan beberapa warna bukan hanya satu warna. 

selamat membaca, semoga bermanfaat

kota malangku tercinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun