"Lebih baik undangannya tidak usah aku berikan ke ibu bapak, lagian mereka juga tidak akan datang". Pemikiran adikku sewaktu duduk di bangku sekolah dasar kelas 2.Â
Tak sedikit anak yang memiliki orangtua sepertiku dan adikku. Aku, sudah terbiasa ditinggal orangtuaku. Bukan keluar kota, tapi diwaktu aku membutuhkan beliau untuk datang di acara sekolah, beliau selalu tidak bisa. Itu sejak aku duduk di taman kanak-kanan sampai sekarang--mungkin.
Apa yang aku alami, dialami juga oleh adikku. Orangtuaku bekerja berangkat pagi pulang malam. Karena kerjanyalah membuat adikku harus dipindahkan di full day school yang jauh dari rumah.Â
Bedanya, aku tak secerdas adikku. Aku menganggap kesendirianku sebuah takdir biasa. Sedangkan adikku, dia seorang anak yang akan menghilangkan kepercayaannya kepada orang lain jika orang lain itu mengingkarinya. Karena memang adikku ini cerdas dan kognitifnya berkembang baik, hingga banyak hayalan yang ada di fikirannya.
Tak sedikit orangtua mungkin akan meremehkan secarik undangan yang diberikan guru kepada muridnya, yang kemudian murid harus menyampaikannya kepada orangtuanya.Â
Sebagian orangtua yang merasa kehadiran dirinya dapat diwakilkan oleg salah satu guru di sekolahannya akan merasa meremehkan akan surat tersebut dan lebih memilih meminta bantuan guru/ wali kelas anaknya.
Adikku, tidak hanya sekali menerima janji palsu ibu atau bapak. Setiap ia memberikan undangan kepada mereka, mereka akan berjanji untuk datang, namun di hari h nya, beliau tidak bisa datang karena pekerjaan. sebagian anak-anak mungkintidak mempermasalahkan hal itu, namun sebaginnya lagi mungkin akan mempermasalahkan, atau bahkan menganggap orangtua tidak dapat dipercaya lagi.
Hingga suatu hari, adikku mendapatlkan undangan dari sekolahan. Waktu itu, entah karena apa aku membuka tas adikku, dan aku temukan secarik undangan dari sekolahannya. Aku menanyakan perihal undangan itu, kenapa tidak disampaikan ke ibu atau bapak?
Adikku menjawab dengan entengnya "buat apa diberikan ke mereka, kalau mereka tidak bisa datang, lebih baik tidak usah diberikan kan?". Aku sempat terkejut dengan jawaban adikku. Aku teringat ketika aku masih seumuran dia. Dulu aku sempat punya pemikiran seperti itu, namun aku masih tetap berusaha meminta beliau untuk datang. Bahkan ketika aku sudah merasa lelah, aku sampaikan undangannya dan aku bilang ke orangtuaku untuk tidak usah datang, karena undangannya tidak penting.
Dari kejadian ini, seenggaknya kita harus benar-benar menepati janji yang telah terucap. Bukan hanya orang dewasa. Anak-anakpun sudah mengerti akan artinya ingkar janji dan ketidak percayaan terhadap orang lain. Mengapa adikku mampu berfikir sedemikan rupa? Karena ia tidak hanya sekali dikhianati. Dia sudah mampu berfikir dan memikirkan akan artinya janji dan kepercayaan. Pemikiran yang dimilikinya tidak sekedar 'aku tidak apa-apa', melainkan 'aku sudah tidak percaya lagi'.
Jika dikaitkan dengan permasalahan pandemic covid-19 saat ini. Sepertinya anak-anak yang punya fikiran seperti adikku akan merasa bahagia. Diliburkannya sekolah dan segala aktifitas kerja yang mengakibatkan keluar rumah, membuat orangtua mereka akan tetap duduk dan menghabiskan waktunya di rumah bersama mereka. Tidak lagi ada undangan dari sekolahan, yang ada anjuran dari sekolahan agar orangtua senantiasa mendampingi belajar anak di rumah, dan senantiasa membantu jika anak kesusahan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.