Saat ini sangat sulit menjumpai anak-anak berkomunikasi menggunakan bahasa jawa kromo inggil (Jawa Halus). Bahasa kromo yang seharusnya digunakan kepada yang lebih tua tak pernah anak-anak lakukan. Bahkan berkomunikasi dengan kedua orang tuapun menggunakan bahasa ngoko(Jawa Kasar). Sehingga mereka terkesan tak mempunyai rasa hormat.
Bukan hanya bahasa Kromo,Bahasa ngoko pun sudah mulai ditinggalkan sebagian masyarakat Jawa. Saat ini hampir semua orangtua di kota-kota Jawa Tengah mengajari bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi keluarga sehari-hari, meski sang orangtua seorang jawa tulen. Sangat berbeda dengan duapuluh tahun lalu saat kedua orang tua saya mengajari bahasa jawa kromo kepada saya. Maka tak heran anak-anak sekarang bagai kacang yang lupa dengan kulit.
Bila seluruh Balita sekarang tak ada yang berkomunikasi dengan bahasa kromo, bukan mustahil dua generasi akan datang tak dapat lagi kita jumpai bahasa jawa Kromo. Sungguh sangat memprihatinkan bila kelak masyarakat kita belajar bahasa Jawa di Suriname, bukan di Indonesia yang notabene negeri asal bahasa Jawa.Melihat realita diatas, sudah selayaknya kita terus melestarikan bahasa Jawa tanpa meninggalkan rasa nasionalisme kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI