Mohon tunggu...
Rwien El Nino
Rwien El Nino Mohon Tunggu... lainnya -

...just a simple man...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung Tembang Keberanian yang Hilang

26 Agustus 2010   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda berani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai

Dua bait lagu yang telah usang dimakan zaman itu seharusnya menjadi inspirasi bagi pemimpin negeri ini untuk bisa bersikap lebih 'gentle' menghadapi sikap minor malaysia kepada negara ini. Pemimpin negeri ini seharusnya tak perlu takut dengan status malaysia sebagai negara persemakmuran, yang tentunya ada inggris raya dan australia, yang siap membela. Namun alangkah naifnya jika itu yang menjadi pemicu lemahnya pemimpin negeri ini menghadapi kekonyolan sikap malaysai yang jelas dan nyata menguji nyali kita sebagai bangsa besar.

Tentunya sejarah mengajarkan kita bagaimana Bapak Proklamator kita berani tegas dengan menggerakan rakyat bangsa ini untuk mengganyang malaysia. Tentu kita masih ingat dengan pelajaran sejarah itu. Tapi, mengapa pemimpin negeri ini saat sekarang justru memble? Seharusnya mental RAWE_RAWE RANTAS MALANG-MALANG PUTUNG yang didengungkan rakyat surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo waktu itu menjadi penggugah semangat kebangsaan pemimpin negeri ini.

Apa yang terjadi??? dengan dalih bangsa serumpun dan bertebarannya TKI di malaysia pemimpin negara ini kecut menghadapi serangkaian ulah 'nakal' malaysia. Rakyat ini tentunya berharap pemimpinnya berjiwa nasionalis dan patriotis. Bukan pemimpin yang berjiwa banci dan pengecut, lari dari rasa nasionalisme dan patriotisme. Sebenarnya, rakyat negeri ini siap menyingsingkan lengan baju apabila memang pemerintah menginginkannya.

Sayangnya pemimpin negeri ini bersikap ambigu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun