Mohon tunggu...
Rwien El Nino
Rwien El Nino Mohon Tunggu... lainnya -

...just a simple man...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo dan Jokowi? Siapa Yang Paling ber-Bahaya???

3 Juli 2014   17:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Iri,dengki,fitnah,cacian,makian dan hasutan yang terangkum dalam kampanye hitam menjadi makanan halal dalam geliat politik menuju pilpres 2014. Terkadang menjadi miris dan bertanya, "Benarkah bangsa ini bangsa yang agamis dan humanis?". Betapa tidak? Berita-berita di mass media semakin tidak berimbang. Hampir sulit ditemukan mass media yang netral. Hampir semua mass media terlihat sekali keberpihakannya terhadap salah satu capres. Baik secara halus maupun terang-terangan. Contoh adalah pemberitaan di salah satu tv swasta nasional yang menyebutkan salah satu partai pendukung capres adalah identik dengan PKI. Bukan maen-maen tuduhannya, PKI! Partai yang merupakan borok dan trauma masa lalu bagi bangsa ini. Contoh lain adalah dengan memberitakan bahwa kyai anu mendukung si anu, ulama ini merestui si ini menjadi presiden, ratusan santri berdoa bersama untuk capres A, kemudian sampai hal yang menggelikan adalah penyanyi religi asal Swedia, Maher Zein, dipaksa untuk mengucapkan kalimat dan menggerakkan jari untuk menunjuk angka satu yang sebenarnya biasa saja kalo bukan masa kampanye pilpres tapi menjadi hal yang sensitip untuk masa kampanye saat sekarang ini.

Mass media, tentunya berperan besar dalam menggerakkan geliat politik pilpres bangsa ini. Namun, geliat itu menjadi liar ketika muncul pemberitaan pemberitaan yang berisi hasutan, fitnah dan berita palsu yang pada akhirnya menjadi rujukan bagi warga negara ini untuk menyerang capres yang bukan dukungannya. Bagaimana ramai bahkan binalnya komentar dan postingan di wall dan status media sosial seperti facebook dan tweeter akibat rujukan yang mereka gunakan dari media massa tertentu yang padahal isinya kurang dapat dipercaya. Hingga akhirnya saring balas komentar dan postingan yang pasti selalu mengarah kepada isu rasial SARA.

Padahal, klo mau ditelisik, siapa sih pendukung kedua calon presiden kita? Hampir dikedua kubu capres ditemukan orang-orang bermasalah. Tidak ada yang murni bersih. Bahkan kedua capres didukung oleh pemilik media massa yang secara trek masa lalu adalah mereka orang-orang yang mempunyai ambisi tanpa misi yang suci untuk bangsa ini.

Capres Prabowo? Siapa dibelakangnya? Ada ARB yang sama sama kita ketahui-walau rahasia umum-adalah pemilik kalau pun bukan pemilik, ya ada terkait dengan TVONE, ANTV dan VIVA NEWS GROUP. Ada HTS pemilik Media MNC group. Bagaimana mereka??? banyak warga bangsa ini sudah paham betul dengan jejak rekamnya.

Capres Jokowi? Ada SP pemilik METRO TV dan Media Group. SP adalah sebelumnya kawan seperjuangan ARB di Partai Golkar hingga akhirnya mereka pecah kongsi karena SP gagal merebut kursi Ketum. Metro TV menjadi stasiun televisi yang hilang 'kesuciannya' sejak ormas nasgor menjadi partai nasgor dan sampai sekarang ormas itupun senyap bak ditelan bumi.

Nah! Itu baru satu dua orang pendukung yang menjadi tim suskes Capres. Jadi siapa yang patut dipilih? Perlu rasanya kita membuka pikiran dan logika kita dengan melihat orang-orang yang dibelakangnya. Tokoh tokoh yang menjadi pengusungnya. Tapi ingat, ada tokoh yang sebelum capres adalah tokoh yang lugu dan kalem namun ketika tergabung dalam timses capres tertentu menjadi liar dan binal. Komentarnya bertolak belakang dengan pikiran dan jiwanya yang terdahulu sebelum menjadi timses salah satu capres.

Akhirnya, siapa yang lebih berbahaya??? Prabowo atau Jokowi??? Anda yang menilai sendiri.

Salam Damai Untuk Presiden Pilihan Tuhan dan Rakyat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun