Hubungan antara Indonesia dan China memiliki sejarah panjang yang merentang jauh sebelum kedua negara secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Dinamika hubungan kedua negara telah mengalami berbagai fase penting sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Mari kita telusuri catatan peristiwa penting dalam hubungan bilateral China-Indonesia.
Hubungan Indonesia dan China dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, ketika para pedagang China melakukan perjalanan ke Nusantara melalui perdagangan laut. Sejak abad ke-7, Indonesia telah menjadi bagian dari jalur maritim yang menghubungkan China dengan India dan dunia Arab. Bukti hubungan ini terlihat dari temuan keramik China di Indonesia, yang menunjukkan adanya perdagangan antara kedua negara.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, China menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto pada tahun 1949. Hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan China dimulai pada tahun 1950. Pada awal masa kemerdekaan, China memberikan dukungan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI), yang berpengaruh dalam politik Indonesia hingga peristiwa G30S pada tahun 1965. Peristiwa ini menandai perubahan besar dalam hubungan bilateral, di mana Indonesia mulai menjauh dari ideologi komunis dan beralih ke pendekatan yang lebih pro-Barat.
Sejak tahun 2000-an, hubungan ekonomi Indonesia-China semakin menguat, dengan China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama sepuluh tahun berturut-turut. Pada tahun 2022, perdagangan bilateral mencapai 149,1 miliar dolar AS, meningkat 19,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kedua negara telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor, termasuk investasi dan infrastruktur. Proyek "Two Countries Twin Parks" (TCTP) menjadi salah satu inisiatif untuk mempromosikan sinergi antara visi pembangunan kedua negara. Melalui proyek ini, Indonesia dan China berkomitmen untuk menciptakan kawasan industri yang saling menguntungkan, memperkuat hubungan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja baru.
Investasi China di Indonesia mencapai USD 23,35 miliar antara 2018 hingga 2022, mencakup lebih dari 12.200 proyek. Kerja sama ini meliputi sektor-sektor seperti industri maritim, manufaktur, dan teknologi digital. Pada 2023, kedua negara menandatangani nota kesepahaman di bidang ekonomi digital, yang mencakup pengembangan e-commerce dan integrasi teknologi.
Sektor infrastruktur juga mendapatkan perhatian besar, dengan proyek-proyek besar seperti pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) yang diluncurkan oleh China. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dan efisiensi transportasi di Indonesia, serta menarik lebih banyak investasi asing.
Meskipun hubungan dagang terjalin baik, ada kebutuhan untuk menciptakan terobosan agar hubungan menjadi lebih seimbang, tidak hanya sebagai pasar konsumen. Para ahli mendorong peningkatan kerja sama dalam bidang bernilai tambah, seperti manufaktur dan teknologi bersih, untuk menciptakan dampak yang lebih besar bagi kedua negara.
Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan Indonesia pada produk-produk China. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas produksinya dan mengembangkan produk-produk bernilai tambah yang dapat diekspor ke China. Ini termasuk pengembangan industri pertanian, perikanan, dan produk-produk kreatif yang dapat memenuhi permintaan pasar China yang terus berkembang.
Selain itu, isu lingkungan juga menjadi perhatian penting dalam hubungan bilateral ini. Dengan meningkatnya investasi China di sektor infrastruktur, ada kekhawatiran mengenai dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, kedua negara perlu bekerja sama dalam mengembangkan teknologi bersih dan praktik berkelanjutan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak merusak lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara juga mulai menjalin kerja sama dalam bidang teknologi dan inovasi. Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor teknologi digital, dengan populasi muda yang melek teknologi. Kerja sama di bidang ini tidak hanya akan memperkuat hubungan ekonomi, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.