Muda mudi generasi tahun 1997-2012 tentu tak asing lagi dengan media sosial, seperti adiksi, tumbuh dekat dengan gadget membentuk pola ketergantungan akan kemudahan dalam menjangkau jejaring sosial.
Namun, kebutuhan akan apa yang menuntun pada "tradisi" membangun citra di media sosial bagi Gen Z. Simak penjelasannya!
Tak dipungkiri, media sosial seperti Instagram, twitter, tiktok bahkan yang masih eksis seperti facebook pun sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat.
Tentu pengguna aktif dengan jumlah dominan ada pada Gen Z! Beragam penyaluran kreativitas banyak kita temui di berbagai platform, dari yang paling informatif hingga hanya untuk hiburan semata.
Pada awalnya "fenomena" ini diawali sebagai pemanfaatan promosi suatu barang, lalu berkembang menjadi ajang membangun citra diri di dunia maya. Selalu tampak sempurna, merupakan moto tak tertulis dari fenomena ini. Memang tak ada salahnya untuk membangun sebuah image di dunia maya bila digunakan secara bijak. Lalu bagaimana dengan mereka Gen Z yang memanfaatkan fenomena ini untuk menciptakan dunia sendiri, menyalurkan kreativitas namun di dasari karena rendahnya tingkat kepercayaan diri di dunia nyata. Mengubah diri menjadi image yang ideal di mata masyarakat tentu mudah, di dukung oleh banyak fitur rombak digital.
Menurut penelitian generasi Z mengalami tingkat stres paling tinggi dari kelompok usia lainnya. Tercatat 28,3% gen Z yang mengaku mengalami kecemasan.
Setelah ditelusuri, ini disebabkan oleh tekanan lingkungan sekitar akan taraf hidup seseorang. Belum cukup berpengalaman menghadapi tekanan di era serba digital yang memaksa untuk membuka mata lebih lebar akan setiap opportunity, skill ter-update, hingga kecemburuan sosial hebat yang dirasakan jika melihat sekelompok orang yang sukses di bidang yang tak banyak orang mumpuni. Rendahnya tingkat kepercayaan diri ini menimbulkan perasaan terlalu tertinggal untuk memulai sesuatu. Yang pada akhirnya menuntun pada tingginya angka penganguran di Indonesia.
Tapi bila dipikir kembali, lebih baik merasa tertinggal lalu mulai bergerak untuk mengejar ketertinggalan hingga kamu sadar readers karir hidupmu tidak dalam ajang kompetisi.
Kamu berjalan di lintasan mu sendiri, yang hanya di takdirkan untukmu bukan orang lain!
Fokuslah pada dirimu sendiri, ada banyak program self development yang di tawarkan di berbagai platform. Tawarkan dirimu kesempatan untuk bersinar di lintasanmu. Good luck!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H