Mohon tunggu...
Latatu Nandemar
Latatu Nandemar Mohon Tunggu... Relawan - lahir di Pandeglang Banten

Lahir di Pandeglang, Banten. seorang introvert yang bisa menjadi extrovert ketika situasi mengharuskan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Don't Judge A Book by Its Cover Itu adalah Pepatah yang Luar Biasa

29 Maret 2023   20:25 Diperbarui: 29 Maret 2023   20:39 2426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata setiba saya di luar, sosok teman tadi sudah tidak ada. Saya celingak-celinguk tapi tidak juga saya dapati. Akhirnya dengan sedikit rasa kesal yang tiba-tiba menghasut kembali pikiran saya tentang teman yang tadi, saya duduk di kursi RS yang jauh untuk dikatakan bersih itu.

Selang sekitar 45 menit, ternyata dia datang dengan kondisi tangan ada tempelan segumpal kapas kecil yang dilekatkan oleh plester warna coklat. Dia, dengan inisiatifnya sendiri, tanpa menunggu saya keluar dari toilet tadi (mungkin karena saya terlalu lama di toilet tadi) mendatangi sendiri lokasi tempat untuk mendonorkan darahnya itu. Dan kali ini saya tidak pergi ke toilet untuk menyembunyikan tangis saya. Saya  menangis sejadi-jadinya di depan dia yang pastinya teman saya itu tidak tahu perasaan apa yang sebenarnya melanda hati saya pada saat itu.

Dia mengatakan tahu info saya terkena musibah ini dari status WA saya. Oh, Tuhan. Ternyata sosok yang sangat tidak saya sukai ini menyimpan kontak saya, sosok yang nomor kontaknya saya abaikan dengan tidak menyimpannya di Handpnone saya, malah menjadi penolong di saat saya memang benar-benar sangat membutuhkan pertolongan.

Tidak cukup  sampai di situ. Dia mengatakan harus segera pergi untuk kembali ke toko sembakonya yang sudah dia tinggalkan. Bayangkan, dia telah meninggalkan toko tersebut demi menolong saya yang sebelum peristiwa ini sangat tidak menyukainya! Kemudian, sambil meminta maaf karena tidak sempat menengok ke ruangan istri saya, dia memberikan selembar amplop putih ke tangan saya.

Saya mengucapkan banyak beribu terima kasih untuk segala yang sudah dia berikan dan juga beribu maaf untuk segala kebodohan dan kesalahan saya yang dia tidak sadari kesalahan apa yang sudah saya perbuat. Dengan mata berkaca antara penyesalan sikap saya terhadapnya dan juga rasa haru karena kebaikannya, saya melihatnya pergi berjalan keluar rumah sakit.

Amplop putih pemberiannya saat itu hanya saya pegang dan tidak segera saya buka. Saya tidak peduli isinya apakah uang dalam jumlah besar ataukah dalam jumlah kecil. Bahkan saya tidak peduli meskipun jika saya buka amplop tersebut pada saat itu isinya adalah sebuah tulisan "MAAF, ANDA BELUM BERUNTUNG", saya tetap tidak peduli.

Kedatangan dirinya yang bersedia mendonorkan darahnya yang lebih cepat daripada teman-teman lain yang saya anggap lebih baik darinya merupakan sesuatu yang lebih berharga daripada uang.

Dari kejadian ini saya belajar untuk menilai orang tidak berdasarkan dari penampilannya saja. "Dont Look The Book Just From The Cover".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun