Mereka memilih jalan sebagai tempat menjemur hasil panen mereka karena permukaan jalan yang sudah di-cor sangat rata dan juga ditambah sorot matahari yang optimal jika menjemur di permukaan jalan sehingga bagi mereka itu adalah lokasi yang ideal untuk mengeringkan hasil panen mereka.
Tetapi pilihan mereka sangat mengganggu karena hampir menutupi setengah badan jalan desa yang biasanya tidak terlalu lebar itu. Tentu saja perbuatan mereka ini bisa membuat emosi para pengendara karena membuat terganggu serta sangat tidak nyaman.
Ketiga, ternak yang hilir mudik seenaknya. Ternak milik para penghuni desa banyak yang  dibiarkan hilir mudik tanpa diikat. Dan kalau pun diikat, biasanya lokasi pengikatan selalu berada di pinggir jalan yang selalu banyak dilalui kendaraan.
Banyak pengendara yang mengalami kejadian menabrak hewan ternak, entah itu ayam ataupun kambing, yang kebetulan menyeberang jalan dengan secara tiba-tiba. Dan apesnya, para pemilik hewan ini  tidak mau tahu siapa yang salah, mereka pasti secara 'militan' akan membela hewan ternak mereka dengan mengharuskan pengendara yang menabrak tadi membayar ganti rugi atas apa yang telah mereka perbuat terhadap hewan ternak ini.
Jika tidak mau mengganti, risiko yang harus di hadapi oleh pengendara adalah dikerubungi para AKAMSI (Anak Kampung Sini) atau warga sekitar yang selalu membela teman mereka walaupun tidak tahu secara pasti apakah teman satu kampung mereka entah salah atau benar. Sudah pasti si pelaku penabrak akan kena mental dikerubungi warga.
Keempat, bocil-bocil main di tengah jalan. Jalanan desa yang mulus dan dengan permukaan cor yang rata seperti permukaan kue martabak manis yang masih terlipat merupakan lokasi yang bikin candu para bocil untuk "rekreasi" bersama teman-teman seusia mereka.
Mereka bisa mengalih fungsikan jalan desa tersebut untuk menjadi apa saja sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Bisa menjadi arena sepak bola dengan panjang kali lebar yang sama sekali tidak sesuai dengan standar lapangan sepak bolanya FIFA.
Bisa juga menjadi tempat kompetisi lato-lato, mainan yang viral dan menimbulkan bunyi yang sangat berisik itu. Apa pun itu, kehadiran mereka benar-benar membuat kita harus ekstra hati-hati. Karena mereka terkadang tidak menyadari dengan bahaya yang bisa menimpa mereka ketika mereka berada di tengah jalan itu.
Dan terkadang yang membuat miris adalah, orang tua mereka yang tidak mengawasi dengan baik bagaimana anak-anak mereka yang masih rentan ini bermain di jalan desa. Saya sendiri pernah berulang kali secara tidak sengaja hampir menabrak mereka yang sudah dibunyikan klakson tetapi tetap asyik bermain menghalangi jalan desa tersebut. Â Â
Beberapa hal tersebut adalah hal-hal fakta yang memang selalu terjadi atau saya jumpai di pedesaan. Dengan begitu, saya mengambil kesimpulan bahwa berkendara di perkotaan atau juga di pedesaan sama-sama memiliki hal-hal yang juga menguras emosi kita. Yang terpenting tetaplah hati-hati. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H