(Klik ini untuk melihat part sebelumnya.)
Chokrin terpisah dari rombongan; teman-temannya, Hauswart Tua dan seorang petugas polisi. Dia terus berlari di tengah kegelapan hutan pinus cembra yang diselimuti oleh salju. Langkah-langkahnya cepat dan tidak teratur; akibat kecemasan yang terus mendorongnya untuk menjauh dari kekacauan di hotel. Suara hutan malam yang seharusnya menenangkan, kini terdengar menakutkan di telinganya. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi atau apa yang telah menyerang hotel. Tetapi ada satu hal yang pasti; dia harus segera mencari tempat yang aman dan meminta bantuan.
Akan tetapi, itu tampak mustahil dilakukan. Sebab, kini hutan pinus cembra telah bertransformasi menjadi labirin gelap yang menakutkan sekaligus menyesatkan; dengan dihantui oleh bayangan-bayangan di antara pohon-pohon dan lapisan-lapisan salju yang menusuk, sehingga serasa ada yang mengintai dari balik kegelapan.
Â
Chokrin terus berlari, mencoba untuk memusatkan pikirannya dan mencari jalan keluar dari hutan itu. Angin malam yang dingin membelai wajahnya, sedangkan lapisan-lapisan salju di bawah kakinya menghasilkan suara gemerisik yang menyeramkan. Dia berharap dapat menemukan cahaya atau tanda kehidupan yang lain di dalam hutan terkutuk ini. Namun semakin lama Chokrin berlari, makin jelas bahwa dia benar-benar sendirian di dalam kegelapan yang membekukan. Kegelisahan dan ketidakpastian terus merayapi pikirannya saat dia berusaha mencari tempat perlindungan.
Â
Ketika Chokrin mendekati sebuah sudut hutan yang lebih terang -- akibat cahaya bulan yang menerangi beberapa bagian hutan -- dia mendapatkan sebuah gambaran yang mengejutkan. Dia melihat dua sosok orang yang tergeletak di atas tanah bersalju dan mereka berjarak cukup berjauhan. Sontak hati Chokrin berdegup kencang, terutama ketika dia sedang mendekatinya. Terang bulan mengungkapkan bahwa salah satunya adalah Hauswart Tua yang terluka parah, sementara satunya lagi adalah polisi sekarat yang berdebat dengannya di hotel tadi.
Â
Tubuh Hauswart Tua penuh luka, dengan darah yang mengalir keluar dan menodai lapisan-lapisan salju di dekatnya. Dia tampak terpukul dan dalam kondisi kritis. Sedangkan polisi itu sudah tergeletak tidak bernyawa; penuh luka; sekujur tubuhnya ditumbuhi oleh bunga-bunga es dan separuhnya telah tertanam ke dalam lapisan salju.
Â
Lantas Chokrin bergegas memberi pertolongan kepada Hauswart Tua yang terluka itu. Meskipun dia tidak memiliki pengetahuan medis yang memadai, dia tetap berusaha yang terbaik untuk menghentikan pendarahan. Wajah Chokrin penuh ketegangan dan kekhawatiran saat dia berusaha menyelamatkan nyawa Hauswart Tua. Akan tetapi -- meski dengan usahanya yang gigih -- kondisi Hauswart Tua kian memburuk. Pria tua itu merasa lelah; bahkan nafasnya makin melemah. Chokrin merasakan bahwa dia telah kehilangan perlawanan, dan harus menyaksikan dengan berat hati saat Hauswart Tua menghembuskan nafas terakhirnya.
Â
Hauswart Tua meninggal dalam pelukan kegelapan hutan yang kelam di hadapan Chokrin. Dia hanya bisa meratapi kepergian pria tua itu. Namun Chokrin tahu bahwa dia harus tetap hidup, sekaligus mencari pertolongan untuk teman-temannya yang mungkin masih selamat di tengah kekacauan ini. Lantas -- dengan menahan kesedihan dan frustrasi -- Chokrin meninggalkan tubuh Hauswart Tua dalam ketenangan abadi di hutan yang suram. Dia mengambil nafas dalam-dalam dan melanjutkan perjalanannya -- berusaha mencari tanda-tanda kehidupan dan berusaha sebaik mungkin untuk menjauh dari bahaya yang mengancam.
Â
****
Â
Setelah sekian lama Chokrin menelusuri hutan yang gelap, seketika dia mendengar serangkaian suara aneh yang tersembul di antara pepohonan gelap. Itu adalah suara geraman raksasa mengerikan yang memecah kesunyian di hutan pinus cembra yang gelap dan mencekam. Suara itu terdengar begitu menggetarkan -- mengguncang hati dan jiwa siapa pun yang mendengarnya. Suara itu tidak seperti jenis apa pun yang pernah terdengar di dunia manusia, melainkan lebih mirip dengan geraman dari dunia bawah yang paling menakutkan.
Â
Suara-suara itu saling bersahutan satu sama lain. Seolah-olah itu adalah ritus dari iblis kuno yang tidak pernah terdengar oleh telinga manusia. Suara mereka memenuhi hutan dengan getaran yang ganas; membuat pepohonan yang telah berusia ratusan tahun bergoyang; dan menjatuhkan serbuk-serbuk salju beserta daun-daun dan ranting-ranting beku, sehingga memenuhi lapisan salju di tanah. Suara-suara itu tampaknya memiliki kekuatan alam yang luar biasa, seakan hutan itu sendiri merespon panggilan mereka.
Â
Tidak ada cara yang tepat untuk menggambarkan sepenuhnya rasa ngeri dari suara geraman tersebut. Itu adalah suara yang menciptakan perasaan takut yang mendalam; merasuki jiwa dengan ketidakpastian dan teror. Bagi siapa pun yang mendengarnya, itu adalah pengingat yang menakutkan akan kekuatan misterius yang mengintai di dalam hutan pinus cembra dan mendiami Gunung Ewig, serta mengungkapkan secara tegas bahwa manusia hanyalah tamu yang rentan di alam semesta yang lebih besar dan gelap ini.
Â
Dalam keadaan bingung, takut dan penasaran; secara instingtif Chokrin bergegas lari menjauhi suara geraman tersebut. Tetapi langkahnya justru mengantarkan pada suatu fenomena yang tidak pernah diduganya. Dia melihat Tiwi terbaring tidak berdaya di atas lapisan salju yang padu dari jarak yang lumayan jauh. Tetapi nahas, sebelum Chokrin berhasil mencapainya, dia menyaksikan sekumpulan makhluk raksasa muncul dari dalam kegelapan hutan dan mengelilingi tubuh Tiwi. Di saat itulah, Chokrin melihat sesuatu sosok yang tidak pernah dia lihat dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Itu adalah Frostgeist! Makhluk legenda lokal Swiss, dari Pedesaan Alpenblick; penghuni yang bersemayam di balik Gunung Ewig; sosok dewa kuno yang diceritakan oleh Hauswart Tua sekaligus makhluk yang menghantui pikiran Lukas!
Â
Di hadapan matanya, dia melihat sekumpulan sosok makhluk yang sangat menakutkan dengan tubuh yang besar dan berambut tebal seperti hewan Tundra, dengan sepasang tanduk rusa yang menjulang tinggi di kepalanya. Namun, wajahnya memiliki ciri-ciri kosmik yang sangat aneh, seperti mata yang berkelap-kelip di kegelapan dengan sinkronisasi antara warna biru dan hijau yang tidak wajar, serta rongga hidung yang terlihat sangat besar. Tubuhnya terlihat seperti terbuat dari materi yang asing dan aneh, sehingga dapat menciptakan efek yang sangat mengerikan dan mampu berkamuflase dengan lingkungan sekitar.
Â
Kemudian mereka segera menarik Tiwi ke dalam cengkeramannya. Tiwi berusaha berteriak dan melawan, tapi kekuatan supernatural Frostgeist terlalu dahsyat, sehingga melumpuhkan dan menghipnotis dirinya menjadi budak yang taat -- seakan mengikhlaskan diri jatuh ke dalam cengkeramannya. Lalu para Frostgeist itu mengangkat Tiwi dari tanah dan membawanya menjauh dari pandangan Chokrin, yang hanya bisa menyaksikan dari jauh dengan penuh keputusasaan dan ketidakberdayaan.
Â
Ketika sekumpulan Frostgeist itu bersiap untuk pergi, salah satu dari mereka tiba-tiba melihat ke arah Chokrin. Matanya yang berkelap-kelip misterius menyorot langsung ke arahnya dan Chokrin merasa terjebak dalam pandangan tajam itu. Sebuah keberingasan melintas di wajah salah satu Frostgeist tersebut, saat dia menyadari keberadaan manusia.
Â
Kalakian secara mengejutkan, raksasa itu mengeluarkan suara melengking yang sangat keras; memenuhi seluruh ruangan; mengguncangkan orang yang mendengarnya; menggelegar seolah membuat bumi bergetar. Elemen horor kosmik pada sosok ini terlihat dari tampilan fisiknya yang sangat tidak biasa dan terasa asing bagi manusia, serta kemampuannya untuk mengeluarkan suara yang dapat mempengaruhi otak serta emosi manusia secara tidak wajar dan sangat menakutkan. Lantas suara itu membuat tubuh Chokrin bergetar dan pikirannya menjadi kacau. Chokrin tahu dia harus segera lari. Dia berusaha menyelinap pergi; menjauh dari tempat itu secepat mungkin; dipenuhi oleh ketakutan bahwa Frostgeist akan mengejarnya.
Â
****
Â
Chokrin terus berlari melewati pepohonan yang suram, mencari tempat yang aman. Ketika secara tiba-tiba -- seperti anugerah atau kutukan -- dia melihat Dylan dari kejauhan. Chokrin hampir tidak percaya dengan matanya sendiri dan menangis penuh harapan selayaknya bayi.
Â
"Dylan!" teriak Chokrin dengan nafas tersengal-sengal, sambil berusaha lari mendekati temannya.
Â
Dylan yang mendengar seruan Chokrin ikut bersuka cita, meresponnya, lalu ikut berlari mendekatinya.
Â
Namun sebelum mereka bisa saling tiba satu sama lain, sebuah tragedi mengerikan terjadi dengan sangat cepat. Sosok Frostgeist yang tidak terlihat, seketika muncul di antara mereka. Dengan tanpa ampun, Frostgeist itu menginjak tubuh Dylan hingga tidak tersisa, membuat eksistensinya hilang dalam sekejap.
Â
Chokrin yang menyaksikan kengerian itu hanya bisa terdiam -- terpaku oleh kejadian yang begitu mendadak. Teman dekatnya yang telah menemani perjalanan tamasya, kini telah lenyap -- digantikan oleh kekosongan mengerikan. Dengan hati yang berat dan terpukul dahsyat, Chokrin kembali berlari penuh ketakutan. Hingga akhirnya dia tersesat di tengah hutan pinus cembra yang gelap dan menakutkan. Dia tidak tahu lagi ke mana harus pergi, dan semua yang dia rasakan adalah ketidakpastian dan ketakutan yang mendalam. Selama pelariannya yang penuh dengan putus asa, dia berdoa agar dapat menemukan tempat yang aman dan menyelamatkan dirinya dari ancaman Frostgeist yang terkutuk itu.
Â
****
Â
Dengan pikirannya yang penuh ketidakstabilan dan ketakutan; rasa kehilangan akan temannya satu per satu, telah menghancurkan kekuatan mentalnya. Chokrin merasa terisolasi dan terancam oleh kehadiran Frostgeist. Saat di tengah pelariannya, Chokrin tiba-tiba mendengar suara lengking Frostgeist di telinganya. Tetapi kali ini, suara itu terasa lebih dekat dan memenuhi isi pikirannya. Seakan-akan sedang mencabik dan membekukan otaknya. Di saat itulah, Chokrin merasakan sesuatu yang aneh. Ada kekuatan gelap yang tiba-tiba tumbuh dalam dirinya; seperti ada yang mengambil alih kendali atas tubuh dan jiwanya. Dia merasa seakan kehilangan kendali atas gerakan dan tindakan yang dia lakukan.
Â
Dalam keadaan yang mencekam, Chokrin mendengar suara lengking yang kian kuat, memenuhi telinganya dan mendorongnya ke dalam jurang batas kewarasan. Chokrin berjuang keras untuk tetap sadar dan mempertahankan kendali atas dirinya sendiri. Tetapi suara lengking Frostgeist selalu muncul dengan lebih kuat, menghancurkan kehendaknya dan mengendalikan setiap gerakan serta tindakan Chokrin.
Â
Kini, di dalam pergulatan yang semakin dalam, Chokrin merasa dirinya makin tenggelam dan lenyap. Suasana di dalam hutan menjadi semakin gelap dan mencekam. Frostgeist telah berhasil mengambil alih tubuh Chokrin seutuhnya -- mengubahnya dari seorang mahasiswa pecinta alam, menjadi alat dari entitas supernatural yang mengerikan.
Â
Di waktu yang bersamaan; Zafia yang tampak berantakan dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya, dia berhasil merayap keluar dari kegelapan hutan dalam keadaan lemah. Seketika secara tidak sengaja, dia menemukan Chokrin yang sedang berlutut kaku membelakanginya. Sontak Zafia merasa lega saat melihat salah satu temannya, dan berharap bahwa mereka dapat bersatu kembali dan mencari jalan keluar bersama.
Â
Namun saat Zafia meraih pundaknya, dia menyadari sesuatu yang mengerikan. Chokrin yang sekarang telah sepenuhnya dikuasai oleh Frostgeist, dia tidak lagi mengenali Zafia sebagai temannya. Sebaliknya, dia menatap Zafia dengan mata yang bersinar kelap-kelip -- tajam, mengerikan dan tanpa belas kasihan -- sekaligus mulut beserta hidungnya dilumuri oleh uap es.
Â
Tanpa ada tanda peringatan, Chokrin menyerang Zafia dengan kekejaman dan kebrutalan tidak manusiawi. Dia menyerang temannya selayaknya binatang buas; mencabik, merobek, hingga memutilasi tubuh Zafia dengan kekuatan yang tidak bisa dijelaskan atau pun dihentikan. Zafia tidak punya kesempatan untuk membela diri, sehingga nyawanya segera terenggut sekejap.
Â
Suara melengking Frostgeist yang mengerikan segera mengisi hutan di saat nafas terakhir Zafia berembus. Momen yang seharusnya merupakan pertemuan hangat antara teman yang terpisah, kini berubah menjadi tragedi yang mengerikan.
Â
Setelah memangsa Zafia, perubahan pada tubuh Chokrin kian nyata. Tubuhnya mulai bertransformasi menjadi bentuk yang semakin mendekati Frostgeist. Kulitnya mulai mencair dan membeku kembali dengan materi-materi yang asing dan aneh. Lalu sekujur tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut tebal, selayaknya hewan tundra. Sepasang tanduk rusa mulai menyembul keluar dari kepalanya, memberinya sebuah tampilan baru yang lebih gelap dan mengerikan. Ukuran tubuhnya juga mulai berkembang secara gaib dan menyakitkan.
Â
Meski fisik Chokrin telah berubah, dia masih memiliki sangat sedikit kesadaran manusiawi -- meski tidak utuh atau pun waras -- sehingga dia masih dapat menjerit kesakitan selama proses transformasi tersebut. Sekarang Chokrin adalah makhluk yang berperan sebagai perpanjangan atau bagian dari Frostgeist -- digunakan untuk menjalankan kehendak gelap entitas tersebut. Kini tubuhnya bukan lagi miliknya sendiri. Masa lalunya sebagai manusia telah dihapus oleh kekuatan kosmik supernatural yang lebih kuat dan tidak dapat dimengerti oleh manusia awam.
Â
Chokrin telah seutuhnya menjadi bagian dari entitas Frostgeist yang mengerikan, baik secara karakter mau pun fisik. Lantas dia bersatu dengan kelompok Frostgeist lainnya; dan kembali ke Gunung Ewig, tempat awal kebangkitan mereka. Kini mereka adalah penjaga gelap, mengawasi kehidupan manusia dari balik gunung yang megah dan dilapisi oleh salju abadi. Dari sudut tempat yang tersembunyi di Gunung Ewig, para Frostgeist sedang mempersiapkan diri untuk perburuan selanjutnya, dengan teror-teror yang tidak terduga.
Â
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H