[caption id="attachment_302823" align="alignnone" width="580" caption="sumber gb: theguardian.com"][/caption] Edward Snowden, anak muda yang masih berusia 30 tahun ini seorang analis IT yang kemudian beralih profesi menjadi whistleblower, sang peniup peluit kebenaran. Karena keberaniannya itulah, ia dijadikan buronan pemerintah AS, dan dipastikan ia berada di Rusia. Ia pernah bekerja sebagai inteligen CIA dan pernah terlibat dalam proyek IT rahasia di NSA (National Security Agency), yang bernama Mass Surveillance Program. Program ini adalah mega-proyek digital surveillance yang dirancang dengan konsep yang sederhana, yang mengacu pada terminologi Geo-Business Intelligence. Metodenya cukup praktis yaitu data collection, data analysis, data mining, dan reporting. Tetapi yang menjadi tanda tanya besar, apa hubungannya dengan penyadapan? National Security Agency (NSA) merupakan lembaga resmi di bawah Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang bertugas menjaga keamanan warga dan negara Amerika Serikat. Paska peristiwa serangan terorisme 11 September 2001, NSA berusaha keras untuk melindungi keamanan warganya. Mereka tidak ingin kecolongan lagi. Untuk itulah, NSA berencana membangun sebuah sistem surveillance global untuk memantau seluruh data individu dan perilaku setiap orang yang hidup di muka bumi. Alasannya, demi keamanan nasional Amerika Serikat. [caption id="attachment_302824" align="aligncenter" width="580" caption="dashboard GeoBI Boundless Informant (sumber gb: wikipedia.org)"]
NSA kemudian merancang dua model mekanisme yang disebut dengan Boundless Informant dan PRISM. Boundless Informant adalah sebuah portal digital yang berisi informasi detail dari setiap negara di dunia perihal isi penyadapan yang meliputi metadata telepon maupun data percakapan telepon (nama, lokasi/alamat, nomor hp, IMEI telepon, siapa yang ditelepon, berapa lama percakapan, frekuensi trafik percakapan, geolokasi komunikasi, tren perilaku si penelepon, dll). Selain itu, penyadapan tidak hanya melalui saluran telepon berbasis 3G / 2G, melainkan juga melalui saluran fiber-optic. Khusus untuk di Indonesia, penyadapan melalui fiber-optic tidaklah terlalu heboh dibanding penyadapan melalui saluran sinyal 3G/2G telepon.
Dikatakan oleh Snowden, bahwa NSA bekerja sama dengan perusahaan provider/vendor telekomunikasi, operator telekomunikasi, dan perusahaan layanan internet untuk menjalankan misi SIGINT (Signals Intelligence) melalui kode operasi yang dinamakan Tempora. Tujuannya adalah menyadap konten internet yang mengalir melalui saluran fiber-optic dan menyadap metadata telepon melalui sinyal 3G/2G telepon. Teknik penyadapan ini disebut dengan upstream. [caption id="attachment_302826" align="alignnone" width="580" caption="Indonesia minim jaringan fiber-optic (sumber gb: theguardian.com, data: telegeography.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H