Mohon tunggu...
Elmoudy Freez
Elmoudy Freez Mohon Tunggu... profesional -

membuat lembaran kisah yang mungkin seru. sisi lain www.elmoudy.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi-Gita Vs Jokowi-Rhoma: Siapa Juaranya

4 Desember 2013   10:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:20 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13861262501377701564

Hiruk pikuk pentas politik nasional menuju 2014 makin menggairahkan dan seru. Berbagai survei pun digelar, semua promosi iklan melalui media massa maupun media elektronik / online cukup gencar dilakukan. Alhasil, hingga saat ini Jokowi masih di atas angin. Dan, feeling kita-kita nih mengatakan, Jokowi bakal jadi Presiden kalau mau maju Capres di tahun 2014. Alasannya simpel kali ya, karena tidak ada tokoh politik yang punya pesona seperti Jokowi. Dan, dengan popularitas dan gesture idealJokowi yang "nancep" di hati rakyat, rasa-rasanya pengen sekali secepatnya diselenggarakan Pemilu agar negeri ini bisa secepatnya memiliki pemimpin yang dicintai rakyatnya, benar-benar dicintai dan bukan pura-pura. Sekarang, mari kita hitung-hitungan apa saja kelebihan Jokowi, baru kita bahas bagaimana jika disimulasikan Jokowi bergandengan dengan Cawapres ganteng dan cerdas seperti Gita Wirjawan, atau Jokowi digandengkan dengan Cawapres yang punya nama legendaris seperti Rhoma Irama. Apa Hebatnya Jokowi? Pertama dan yang utama, Jokowi punya motto hidup yang sama dengan KPK yaitu Berani Jujur Hebat. Tanpa ia suarakan berkali-kali, kita semua bisa dengan sangat paham bahwa Jokowi itu orang yang apa adanya dan jujur. Itu modal dasar yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Jujur adalah gelar kenabian, seperti Rasulullah Muhammad SAW yang bergelar Al-Amiin, yang artinya dapat dipercaya, jujur. Nah, siapapun calon pemimpin negeri ini jika tidak bisa memancarkan "aura Al Amiin", maka jangan harap segala promosi dan iklan-iklan yang menyesaki tiang-tiang listrik ataupun menyesaki layar media online - bisa diterima masyarakat Indonesia. Nah, dengan jujur maka ia akan menjadi sosok yang selalu berani. Berani untuk meluruskan yang belok atau sesat, berani untuk memperbaiki sistem birokrasi yang telah "membudaya korup", berani untuk menata ruang walau harus berhadapan dengan rakyatnya sendiri, dan berani untuk memaksimalkan penggunaan anggaran (APBN/APBD) yang diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat, serta memulihkan kehebatan bangsa yang kita cintai ini. Daan, itu baru hebat. Kedua, Jokowi sangat mencintai pohon. Loh...apa hubungannya dan apa pentingnya? Ya pastilah, secara Jokowi lulusan sarjana Kehutanan, maka ia punya mindset yang kuat dalam menjadikan suatu wilayah atau kawasan menjadi area yang adem dan memperoleh keberkahan oksigen yang melimpah. Mindset pohon, menjadikan segala cara pandang dan perbuatannya...mendapatkan pengayoman dari alam. Dan manusia adalah bagian dari alam. Untuk itu, jika ingin menjadi pemimpin maka ia harus bisa berdamai dengan alam, memperbaiki kerusakan alam akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, dan dengan pendekatan ekologis itulah diperoleh sumber kekuatan jiwa dan kekuatan pikir dalam menata kehidupan, menata bangsa ini. Indonesia akan bisa sejahtera dan makmur jika pemimpinnya punya ketajaman intuisi dalam bersahabat dengan alam. Lalu kita bisa melihat danau yang luas dan dalam, sungai yang mengalirkan air dengan damai, hutan yang menjadi penopang topologi, sawah-sawah yang "tandure wus sumilir", sehingga rakyatnya hidup bahagia. Nah...adakah dan siapakah sosok yang punya karakteristik itu? Sinyal-sinyal akan kehadiran tokoh seperti itu masih terlihat samar, tetapi insting kita bisa berkata bahwa sinyal itu kini ada pada sosok Jokowi. Ketiga, Jokowi hidup sederhana. Yaah...hanya mereka yang tidak suka pakai mobil mewah, yang bisa "nancep di hati rakyat". Jangan mimpi jadi presiden RI, kalau hobinya koleksi mobil Lamborghini, Porsche, Ferrari, atau katakanlah mobil setengah mewah macam Chamry, Harrier, Alphard, dan sejenisnya. Pakai saja mobil kijang macam Avanza atau Xenia. Contoh keren belakangan ini, Kapolri Sutarman yang memilih mobil Kijang untuk tugas dinasnya mendapatkan apresiasi jempolan karena itu mencerminkan hidup sederhana. Akan lebih jos lagi, kalau ke kantor selalu naik sepeda, bisa dilihat contoh teladan juga Walikota Bandung, dan Jokowi juga ke kantor naik sepeda. Nah, bisa dibayangkan betapa hebatnya dampak "sepeda" di hati rakyat. Sepeda itu selain ramah lingkungan juga ramah masyarakat. Maka, bayangkanlah jika suatu waktu, ada presiden RI ke instana negara selalu naik sepeda. Baiklah...cukup tiga saja yang dijadikan indikator utamanya. Bagaimana Jika: Jokowi - Gita ? Lalu, kita coba bersimulasi, bagaimana jika seandainya Jokowi digandengkan dengan Gita Wirjawan? Jokowi Capres, Gita Cawapres. Hmmm....ini yang menarik. Satu sisi, Gita paling digadang-gadang jadi Capres Partai Demokrat melalui konvensinya. Dan iklan-iklannya cukup gencar, masif dan tak abis-abisnya. Tetapi memang, iklan tidak cukup ampuh guna "menancapkan rasa cinta" di hati masyarakat. Tetapi yang menarik dari Gita adalah ia punya "semangat belajar" yang tinggi. Ia sosok yang cerdas dan lulusan Harvard University, kereen kan.... dan ia masih ingin terus belajar menjadi lebih baik lagi. Hanya sayang, ia belum cukup berani untuk menjadikan motto KPK "Berani Jujur Hebat" sebagai motto hidupnya. Sehingga, "aura Al Amiin" belum diketemukan pada pribadi Gita di mata masyarakat. Sederhana, ia hidup dan dibesarkan di lingkungan kolega-kolega Partai Demokrat yang saat ini sedang dinilai masyarakat sebagai partai "tidak jujur". Jika saja Gita hidup dan dibesarkan di Partai PDIP dan "seperjuangan" dengan Jokowi, maka tak menutup kemungkinan ia bisa menjadi pasangan yang sangat ideal untuk menemani Jokowi sebagai kandidat Capres-Cawapres 2014. Maka masih perlu dimatangkan lagi mengenai "Kadar Jujur" seorang Gita. Simpel saja, bagaimana Gita "memainkan" anggaran jika ia diamanahi mengurusi keuangan negara, selama ini? Hmmm....perlu diselidiki lagi. Sisi yang lain, Gita pun "rajin" blusukan ke pasar-pasar. Inilah model pelayanan yang paling disukai masyarakat. Jika Jokowi "blusukan" untuk menata segala lini persoalan masyarakat, maka Gita "blusukan" untuk menata perekonomian nasional. Kedua-duanya pun suka dengan Slank. Suka lagu-lagu nge-rock, dan bergaya anak muda. Ada banyak irisan kesamaan antara Gita dan Jokowi. Hmm...poin plus buat Gita jika berpasangan dengan Jokowi. Lalu yang ketiga, Gita bisa diterima oleh rakyat jika terlepas dari bayang-bayang Partai Demokrat. Bukannya buruk sangka dengan Demokrat, tetapi sepertinya saat ini dan dalam beberapa bulan ke depan Partai Demokrat akan terus dalam bayangan kelam kasus korupsi, yang mencirikan bahwa partai ini "benar-benar dalam kondisi gawat darurat". Akan sangat disayangkan, kalau tokoh-tokoh hebat seperti Gita, lalu ada juga Anies Baswedan, Dahlan Iskan...muncul ke permukaan melalui pintu "panas" partai yang sedang kritis. Jokowi Capres, Gita Cawapres....sepertinya pasangan bisa ideal dengan prasyarat yang cukup dilematis. Bagaimana Jika: Jokowi - Rhoma ? Seperti apa jika Jokowi dipersandingkan dengan Rhoma Irama? Nah...ini yang lagi hot. Pertama, Rhoma Irama sosok yang melegenda. Pesan-pesan moral dalam lagu-lagunya cukup "nancep" di hati masyarakat. Dan tentu saja ia punya penggemar yang sangat banyak. Tetapi itu dulu. Sekarang....namanya hampir menjadi legenda dan setengah terlupakan. Inilah kondisi yang kurang mengenakkan. Seandainya Rhoma benar menjadi Cawapres dari Jokowi, rasa-rasanya tetep saja menang di Pemilu. Faktor utama karena Jokowi, sedangkan Rhoma sebagai faktor penambah untuk memberikan cita rasa yang lebih manis dan ngedangdut. Kedua, Jokowi sebetulnya memerlukan sosok seperti Ahok. Yang punya suara lantang dan keras. Karena Jokowi itu orangnya lebih kalem dan tidak memiliki "aura marah", maka rasa-rasanya kalau Rhoma yang mendampingi Jokowi, Rhoma tidak bisa marah, tidak pernah bisa bersuara lantang kecuali kalau pas nyanyi lagu "Judi". Jokowi Capres, Rhoma Cawapres...rasa-rasanya ini pasangan yang tidak balance, tidak saling melengkapi. Yaah...Jokowi jika maju jadi Capres perlu sosok Cawapres yang punya modal "aura marah" untuk menghadapi anggota DPR nantinya. Huuff....ya masak Ahok lagi sih. Kesimpulannya, Rhoma Irama bukan tipe ideal untuk menemani Jokowi. Dengan demikian, maka simulasi pertarungan antara Jokowi-Gita melawan Jokowi-Rhoma, dimenangkan Jokowi-Gita. Selamat buat Jokowi dan Gita. p.s : ini hanya opini angan-angan jangan dijadikan sebagai barometer apapun :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun