Tak perawan lagi! Ya, mungkin itu yang bisa ku katakan padanya. Jahat memang karena aku sudah men-judge nya seperti itu. bukan alam yang kupersalahkan, bukan pula dia yang kupertanyakan, tapi pihak dibaliknyalah yang perlu diselidiki.
Sigar bencah. Bagi sebagian orang mungkin sudah tak asing lagi. Inilah tempat yang sering digosipkan akan kekeramatannya. Terlepas benar atau tidaknya berita mahsyur itu yang jelas kali ini saya ga akan menanggapi hal-hal yang belum bisa dianggap benar tersebut. Tempat yang terletak diantara wilayah meteseh dan tembalang semarang ini sering dijadikan jalan alternative. Yang perlu dipertanyakan, apakah alternative yang dimaksud juga sebagai alternative untuk membunuh alam kita?
Lihat saja kondisinya kini! Menurut sebagian penduduk sekitar yang sudah sangat paham dengan kondisi wilayah tersebut pasti menyadari akan perubahan yang ada. Sigar bencah dahulu terkenal akan keasrian dan kesunyiaannya. Tak sedikit orang menyukai wilayah tersebut karena alamnya. Itulah mungkin mengapa sigar bencah bisa dikatakan penuh dengan ‘mistis’ salah satunya mungkin akibat suasana alam yang mendukung. Tapi itu dulu! Nah, sekarang? Coba kita mengintip sejenak bagaimana sigar bencah terdahulu.
google picture
Coba agan-agan bandingkan dengan kondisi saat ini.
diambil: 25 Juli 2012
diambil: 25 Juli 2012
Banyak pepohonan yang mulai tebas, tanah kering di kanan kiri jalan. Bahkan tak jarang ditemui abu asap serta dedaunan kering seperti akibat pembakaran di pinggir jalan. Yang perlu dikasihani bukan saya, anda, atau kita. Tetapi kasihanilah kepada pepohonan – pepohonan itu. pernahkan terbayang bagaimana mereka bernafas jika lingkungannya dipenuh karbondioksida akibat sisa pembakaran. Pernahkah terbayang bagaimana mereka bertahan hidup? Paling akhir mereka akan merasa tak berdaya dan mati. Hei wake up! Mereka juga makhluk hidup! pernah belajar biologi kan? bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan hidupnya, salah satunya tempat yang nyaman.
Memang sih di jaman sekarang sangat marak pembakaran hutan apalagi didaerah topis seperti Indonesia. Tapi apakah kebiasaan itu tak bisa dirubah? Katanya global warming? Bahkan sampai-sampai sigar bencah yang notabene jalan umumpun ikut dibakar. Alangkah serakahnya manusia. Bukan mau suuzon, tapi tak ada asap kalau tak ada api. Jika memang benar sudah sepantasnya dimintai pertanggungajwaban ‘Siapa yang membuatnya tak lagi perawan?’
Sigar bencahku tercinta sigarbencahku malang. Kasihan sekali hidupmu sebagai penjaga pinggir jalan yang setia. Hal ini juga diperparah kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Ini bukti kurangnya perhatian pemerintah pada sarana dan infrastruktur kepentingan umum. Tanah sigar bencah yang terbilang labil dan sering longsor mengakibatkan jalanan juga labil. Selama ini pemerintah hanya melakukan tambal sulam saja pada bagian-bagian yang dinilai rusak. Tahu kan akibat tambal sulam? Tetap saja jalan raya tidak rata dan bergelombang.
diambil: 25 Juli 2012
Sudah saatnya dia juga butuh perhatian khusus. Ga maukan suatu hari sigar bencah tak dapat lagi dilewati akibat jalanan dan longsor kanan-kiri akibat pepohonan yang tidak mampu lagi menyerap debit air hujan. Dan kita harus memutar jalan berkilo-kilo meter untuk mencapai tujuan?
*kalo ane sih berat diongkos, kalo agan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI