Laga Final Liga Champions 2013 di Wembley memang menasbihkan Bayern Munchen sebagai pemenangnya. Dua gol dari Mario Mandzukic dan Arjen Robben hanya mampu dibalas Borussia Dortmund lewat penalti Ilkay Gundogan. Namun, pencapaian Dortmund hingga menuju penyematan medali sebagai Runner Up di Wembley sangat patut untuk diacungi jempol. Mengawali perjuangan di grup neraka bersama para juara liga besar Eropa seperti Real Madrid (Spanyol), Manchester City (Inggris) dan Ajax Amsterdam (Belanda), tak serta merta menciutkan nyali anak asuh Jurgen Klopp. Mungkin sebelumnya kebanyakan pengamat sepakbola akan memprediksi bahwa Madrid dan City yang akan menjadi perwakilan grup maut tersebut di babak 16 besar. Namun siapa sangka, sekumpulan pemuda yang sebelumnya tidak terlalu tenar dikalangan sepakbola ini mampu menjungkalkan semua prediksi itu. Maklum, City dan Madrid adalah klub yang dihiasi pemain berlabel bintang dan bergaji tinggi. Sementara armada Die Borussen hanyalah para tunas-tunas muda hasil didikan akademi yang dipadukan dengan pemain berharga murah. Hebatnya, Dortmund berhasil menjadi juara grup neraka tanpa sekalipun menelan kekalahan. Mereka menjadi bukti nyata bahwa uang bukanlah segalanya dalam dunia sepakbola. Sebab, meski hanya bermodalkan pemain seadanya, Jorgen Klopp mampu membawa pasukan mudanya untuk merasakan aura Final kompetisi paling akbar di benua biru itu. Kredit khusus memang sangat pantas disematkan kepada sang arsitek muda. Meski sebelumnya ditinggal oleh bintangnya Shinji Kagawa ke MU dan Nuri Sahin ke Real Madrid, ia berhasil mengorbit dua bintang muda lainnya sebagai pengganti. Ilkay Gundogan dan Marco Reus sukses dipoles untuk menjadi tulang punggung tim musim ini. Gundogan (22) dan Reus (24) tahun, hanyalah dua dari kebanyakan pemuda minim pengalaman di kompetisi Eropa. Ada Mario Gotze (20), Matt Hummels (24), Robert Lewandowski (24), Sven Bender (24), Marcel Schmelzer (25) dan lainnya. Namun, mereka tidak terlihat sedikitpun gentar untuk menghadapi lawan-lawan yang kelasnya lebih tinggi. Bila dilihat dari konteks gaji pemain, pengeluaran budget untuk gaji pemain Dortmund sangatlah sedikit bila dikomparasi dengan tim-tim lawannya. Rata-rata gaji pemain Dortmund dalam setahun hanya sekitar 50 juta euro, bandingkan dengan Madrid yang sekitar 200 juta euro dan lawannya di final, Bayern Munich yang berkisar 112 juta euro. Kloop mungkin kecewa karena gagal di partai puncak. Tetapi ia dapat tersenyum lebar karena berhasil menerbitkan bintang-bintang baru dalam dunia lapangan hijau. Bahkan armada mudanya kini menjadi bidikan klub papan atas Eropa. Mario Gotze telah resmi bergabung dengan Munich mulai musim depan. Sementara Lewandowski, Hummels, Gundogan dan Reus santer dikabarkan masuk daftar belanja klub elit Seperti barceloan, Real Madrid, Chelsea, Manchester United dan lainnya. Yang pasti, Dortmund telah memberi contoh kepada dunia bahwa mereka mampu mengalahkan lawan-lawan yang secara keuangan lebih baik. Dengan kerja keras dan pembangunan sistem yang berkelanjutan juga dapat berprestasi dan bersaing dengan tim-tim besar Eropa lainnya. Semoga Sepakbola Nasional juga dapat melakukan hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H