Bandung, 07 Januari 2024 - Anisa Rahmawati, seorang perempuan muda berusia 20 tahun, telah menorehkan kisah hidup yang luar biasa setelah mengalami kegagalan di Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahun 2021. Meski harus mengambil keputusan untuk gap year selama setahun, Anisa tetap bangkit dan meraih kesuksesan yang menginspirasi banyak orang.
Pertemuan kami dimulai di kediaman nenek nya yang kebetulan Anisa sedang berlibur ke Bandung, yang sederhana namun penuh dengan buku dan karya seni. Anisa menyambut kami dengan senyuman yang hangat, meskipun kita segera menyadari betapa berat ujian hidup yang telah dia lewati.
"Awalnya, saya merasa hancur," kata Anisa dengan tulus. "Gagal di UTBK membuat saya merasa seperti dunia ini runtuh di hadapan mata saya. Semua rencana untuk kuliah di universitas impian seakan lenyap dalam sekejap."
Anisa memutuskan untuk mengambil gap year untuk merenung dan menemukan arah hidupnya. Tidak lama setelah itu, dia mendapat pukulan berat ketika ibunya meninggal dunia karena sakit. "Saat itu adalah momen tergelap dalam hidup saya. Saya merasa sangat kehilangan, dan semuanya tampak begitu sulit."
Namun, di tengah kegelapan itulah, Anisa menemukan kekuatan untuk bangkit. "Saya tahu ibu saya ingin saya tetap kuat dan melanjutkan hidup. Itu menjadi dorongan besar bagi saya untuk tidak menyerah."
Setelah melewati masa-masa sulit tersebut, Anisa memutuskan untuk mencoba lagi UTBK pada tahun berikutnya. Kali ini, dengan tekad dan persiapan yang matang, dia berhasil meraih hasil yang memuaskan. "Itu adalah momen yang luar biasa, seperti kemenangan atas diri sendiri. Saya membuktikan pada diri saya sendiri bahwa kegagalan tidak akan menghentikan saya."
Namun, pencapaian Anisa tidak berhenti di sana. Selama gap year-nya, dia menemukan minatnya dalam dunia sastra. Anisa aktif mengikuti lomba puisi dan berhasil memenangkan beberapa diantaranya. Karya-karyanya yang penuh emosi dan mendalam berhasil mencuri perhatian banyak orang.
Prestasinya tidak hanya berhenti di dalam negeri. Anisa juga mengikuti iyis (Internasional Youth Inovation Summit) di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, sebelum keberangkatan Anisa bercerita terkena penyakit terlebih dahulu yaitu penyakit DBD dan Pneumonia selama 2 minggu dan dirawat di rumah sakit. Anisa berhasil sembuh pada saat hari keberangkatannya ke Malaysia. "Saya tidak pernah membayangkan bisa mencapai prestasi seperti itu. Ini membuktikan bahwa impian bisa menjadi kenyataan jika kita tidak pernah menyerah."
Selain itu, Anisa juga melibatkan diri dalam menulis. Dia berhasil menerbitkan dua novel non-fiksi yang mengangkat kisah hidupnya dan pengalaman pahit yang dialaminya. Novel-novel tersebut mendapat sambutan positif dari pembaca dan kritikus sastra.
"Menulis adalah cara saya untuk menyampaikan pesan, untuk berbagi pengalaman dan inspirasi. Saya ingin orang-orang tahu bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Kita bisa bangkit, dan kita bisa mencapai hal-hal besar."
Sekarang, Anisa Rahmawati tidak hanya berkuliah di universitas impiannya, tetapi juga seorang penulis yang diakui dan penyair berbakat. Kisah hidupnya telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang menghadapi rintangan dalam hidup mereka.