Brokenhome dalam Bahasa Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga, dimana keluarga mengalami kondisi disharmonis antara kedua orangtua ayah dan ibu. Kondisi tidak harmonis antara ayah dan ibu dapat dipicu oleh beberapa hal bisa karena adanya permasalahan ekonomi, adanya pihak ketiga ataupun adanya keributan yang tak kunjung usai yang seringkali berujung pada perceraian. Kondisi Broken home bukan hanya terjadi pada sebuah perceraian akan tetapi bisa juga pada kondisi tidak utuhnya sebuah keluarga karena ayah atau ibu meninggal dunia.
Kondisi broken home yang sering terjadi yakni perpecahan dalam keluarga dimana yang mengalami keterpurukan bukan saja kedua orangtua akan tetapi jika dalam keluarga sudah memiliki anak maka broken home akan sangat berdampak pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini tentunya sangat penting karena akan berpengaruh pada masa depan anak-anak.Â
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Ardilla (2021) bahwa dampak yang dirasakan anak brokenhome adalah Pendidikan anak-anak kadangkala tidak diperoleh dengan baik bahkan putus sekolah sedangkan secara psikologis dampak yang ditimbulkan anak-anak merasa kecewa, sedih, tertekan dan egois.
Kondisi brokenhome yang terjadi pada setiap keluarga tentu berbeda, ketika orangtua mampu bersikap dewasa dan mampu mendidik anak-anak dengan baik pasca perceraian atau meninggalnya ayah ataupun ibu maka anak akan tumbuh dengan segudang prestasi dan anak akan mampu mengerti kondisi kedua orangtua yang mengharuskan untuk berpisah tentu jika hal ini terjadi tidak akan berdampak secara signifikan terhadap kondisi psikologis anak. Bahkan banyak juga anak-anak yang lahir pada keluarga broken home tumbuh menjadi anak yang mandiri dan menjadikan pelajaran pada anak tersebut bahwa hal tersebut tidak akan terjadi pada keluarga mereka kelak ketika dewasa.
Hal sebaliknya apabila yang terjadi pada keluarga brokenhome dimana orangtua tidak mampu bersikap dewasa anak-anak akan menjadi korban dari kondisi ketidakharmonisan kedua orangtuanya.Â
Salah satu pelampiasan dari adanya konflik dalam keluarga dimana adanya rasa kecewa ayah atau ibu adalah adanya ajaran pada anak untuk membenci baik itu ayah ataupun ibunya.Â
Ketika bersama ibunya ibu akan membuka kejelekan ayahnya hingga mengajarkan kebencian pada ayahnya. Sebaliknya ketika anak bersama ayahnya ayah akan mengajarkan kebencian pada ibunya. Ajaran kebencian ini tentu akan sangat berdampak pada psikologi anak diantaranya adalah sebagai berikut:
Timbulnya Rasa Kebingungan, anak akan merasa sangat kebingungan karena anak memasuki usia dini yang masih dalam tahap tumbuh kembang dan belum memahami kondisi yang terjadi pada kedua orangtua mereka. Rasa kebingungan terhadap kedua orangtua akan berimbas pada kesehatan mental anak-anak yang akan mempengaruhi semangat belajar dan bisa jadi anak akan menutup diri dari lingkungannya.
Hilangnya kepercayaan pada orangtua. jika orangtua mengajarkan kebencian pada anak-anaknya akan berdampak pada hilangnya kepercayaan anak pada kedua orangtua mereka akibatnya akan membuat anak susah untuk diatur dan dinasehati oleh orangtua anak-anak akan melakukan semua hal yang bisa menyenangkan keinginannya walaupun itu perbuatan yang negatif sekalipun.
Timbulnya perasaan dendam oleh anak pada orangtuanya. Perasaan dendam tidak akan terlihat saat usia dini akan tetapi akan berdampak pada saat mereka tumbuh dewasa.