Pepatah inilah yang cocok disematkan antara aku dan Bu There sahabat baikku ini. Berawal dari pertemuan kami di dunia Maya yang digawangi oleh Omjay pada Belajar Menulis Gelombang Ke-25, yang telah selesai beberapa bulan yang lalu.Â
Dari situ kami saling berbagi komentar di blok masing-masing. Namun kami jarang sekali bertatap muka karena pembelajaran itu dilakukan lewat aplikasi washap.Â
Jadi kami cuma bisa membaca goresan masing-masing saja yang sudah siap di resum. Akan tetapi walaupun demikian persahabatan itu semakin akrab sampai saat ini. Malahan saya dengan Bu There dan juga sahabat yang lain saling berbagi tulisan yang berlanjut di media online Kompasiana.
Setiap hari ada aja cerita yang bisa dibaca dari Bu There dan sahabat yang lain. Bu There ini hebat sekali berpuisi. Saya sampai melayang ke awan kalau sudah membaca puisinya. Akan tetapi saya tidak pandai seperti dia.
Nah kata Bu There dahulu dia juga tidak pandai berpuisi. Namun setelah dia berkenalan dengan pak Evri yang sama-sama penulis, maka Bu There sering berkomunikasi dengan pak Evri. Bagaimana agar puisi yang dia bikin semakin bagus.
Dengan senang hati pak Evri mengajari dan memberikan arahan kepada bu There. Akhirnya jadilah puisi-puisinya Bu There berkilau seperti bintang di langit.
Namun bukan berati dia ingin mengalahkan gurunya. Niat itu sama sekali tidak ada didalam hatinya. Singkat cerita sampai hari ini Bu There, pak Evri, pak Mana, pak Ahmad kembar nama, pak junjung, pak dail, Bu mut, Bu Lely, Bu Maesa, Bu Ovi, beserta sahabat lainnya yang tak bisa disebut satu persatu sudah jadi sahabat setia di grup Omjay dan di media Kompasiana.
Kami hanya punya ayah yaitu Omjay. Kami tidak punya ibu. Namun kami sudah lahir jadi penulis berkat bimbingan dan arahan dari Omjay dan tim solitnya. Omjay tak bisa kami bayar dengan apapun selain dari tiga M, yakninya " makasih.... makasih... makasih..."Â
Semangat Omjay buat kami luar biasa. Apalagi ketika kami ditantang untuk menulis selama dua bulan penuh. Mak Jang...ini momen yang luar biasa banget. Yang bisa melatih jari jemari ini dengan otak selalu sedia untuk menulis.Â
Tak jarang kami kehabisan ide. Tapi karena ini tantangan ya mau tak mau wajib punya ide. Apa aja deh gitu yang penting nulis. Ya begitulah Omjay dengan anak-anaknya ini yang udah jadi emak-emak.Â