Kopi Pahit Emakku
Emak, masih ku ingat saat kita duduk berdua di tepi tungku, meneguk kopi pahit yang emak punya
Menyalai daun-daun kopi untuk emak jadikan serbuk
Berbagi cerita dihadapan api tungku yang menyala-nyalaÂ
Emak
Lewat hitam kopimu pelan-pelan kubaca lelehan keringatmu yang membasahi kening
Lewat tanganmu ku lihat garis-garis kelelahan dihelai-helai keriputnya
Lewat senyummu kubaca betapa berat beban derita yang engkau tanggungÂ
Emak
Lewat langkah kakimu ku lihat betapa pedihnya hidup yang engkau jalani tanpa sandal pagi siang petang dan malam
Namun belum sempat aku membalas, semuanya telah tiada pergi untuk selamnya