Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Boleh Memberi Hadiah kepada Guru?

30 Juni 2022   09:54 Diperbarui: 14 Juli 2022   02:34 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memberi hadiah kepada guru pada saat saya sekolah dulu adalah hal yang sangat biasa. Apalagi hadiah itu bukanlah berupa uang akan tetapi berbentuk barang seperti buah, kue, kain yang belum dijahid, sepatu, tas, pena, buku dan lain sebagainya. Hal ini terjadi biasanya bukan hanya ketika ada pembagian rapor saja, akan tetapi bisa kapan saja seperti pada saat ada rapat dengan wali murid, saat gotong royong  bersama dengan wali murid, saat ada acara-acara pentas seni di sekolah dan lain-lain. Dan hadiah-hadiah ini bukanlah diminta oleh sang guru, tetapi keikhlasan wali murid untuk memberi.

Tujuan dari pemberian hadiah tadi adalah sebagai rasa ucapan terimakasih dari orang tua siswa kepada sang guru yang telah mendidik anak-anaknya. Atau sebagai kenang-kenangan bagi sang guru setelah siswa itu tamat dari sekolah tersebut. Saya masih ingat ketika dahulu  ibu saya memberi jagung rebus kepada guru-guru saya. Saat itu ayah dan ibu saya punya kebun jagung, maka ketika ibu memanen jagung tersebut dia ingat dengan guru-guru saya. Lalu ibu bilang kepada saya, “Mi..besok jangungnya dibawa kesekolah ya, kasih guru-gurumu biar mereka juga bisa makan jagung rebus dari ibu, gitu. “Nanti malam biar ibu rebus”. Hal ini menandakan betapa eratnya hubungan antara guru dengan wali murid. Ibu saya tidak mengharapkan apa-apa dari pemberiannya itu. Beliau ikhlas untuk berbagi kepada guru - guru saya.

Jadi kesimpulannya, memberi hadiah kepada guru itu boleh-boleh saja, tergantung kepada niatnya kita, yang penting pemberian hadiah itu hendaknya dibarengi dengan rasa ikhlas dan tidak mengharapkan apa-apa. Tetapi kalau wali murid memberikan hadiah kepada guru biar nilai anaknya tinggi, atau biar anaknya lulus, dapat juara kelas dan lain sebagainya, saya rasa ini adalah sebuah kesalahan dan tidak dibenarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun