Di jalan berliku meliuk hebat, Kutaruh hati dengan setapak kakiku. Duri-duri bekuasa menghadang langkah ini, Menanamkan sakit yang begitu dalam.
Duri-duri ini tak terlihat oleh banyak mata, Tersembunyi di antara tegangan jalan yang berliku, duri itu teramat tajam, menusukku tanpa belas kasih, Mengiris hati, merobek perlahan.
Kupejamkan mata, tetap jalani luka, Duri-duri itu biarkan mengoyak jiwa.Mereka tak memandang siapa diriku, Tak peduli rasa sakit yang mendera.
Dalam hati aku berkata, Tolong jangan Menarok duri di jalanku, Siapa tahu nanti engkau datang mencariku tanpa alas kaki.
Saat kaki koyak ku kuatkan hati ini, memilih bertahan, Melewati duri demi duri di jalanan. Kuasah tubuh ini melangkah tuk berdiri, Meski menangis, dan ragu, rasanya ingin menyerah.
Duri-duri tak mengerti perjuanganku, Mereka tetap tumbuh, bertambah liar dan menjalar. Namun aku takkan menyerah begitu saja, Aku akan menemukan jalan terang dengan tenang.
Pahitnya duri dalam perjalanan ini, Membuatku semakin kuat dan tangguh tuk terus maju. Setiap luka yang menggores langkah, Akan jadi saksi dalam kisah yang indah.
Duri-duri di jalan takkan pernah bergeming, Tapi aku pun takkan mundur walau setapak, Kesabaran dan keberanian menjadi senjata bagiku, Untuk melawan duri-duri yang datang menghadang.
Di jalan yang berliku, dengan deru nafasku, Aku melangkah, tak takut memadamkan harap. Ku hadapi duri-duri dengan ketegaran, Hingga akhirnya sampai pada tujuan yang kuharap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H