Di pinggir telaga yang membisu. Terhampar pohon-pohon nan merdu. Cerita rindu kini bergelayut. Dalam riak air yang tak pernah mati.
Di sanalah tersimpan sepenggal kenangan tentang kita. Yang takkan lekang oleh deru waktu. Tentang cinta yang menggelayut dalam angan. Seiring decak duka dalam seribu nada.
Telaga ini mengetuk kalbu yang sepi. Mengajakku merenung dalam keheningan. Ia menjadi saksi setiap cerita. Yang tersimpan di dalam lorong hatiku.
Dalam telaga ini terpatri lautan doa. Dari bibir-bibir yang kering oleh angin. Mereka yang berharap dengan jiwa yang lara. Berjuta makna dalam setiap sendi rasa terkandung.
Namun, telaga ini juga menyumbangkan cerita sedih. Dalam airnya terbawa duka yang tak pernah hilang. Rasa kehilangan yang tak terlupakan dan merantai perih. Mereka yang terluka dan meratapi lara yang terpendam.
Telaga ini menjadi tempat pelarian jiwa yang terluka. Seolah menyembuhkan luka dalam setiap hela nafas. Mengingatkan tentang betapa indahnya hidup. Saat cinta tumbuh dalam rembulan yang berpadu.
Di telaga ini, kita terpisah jarak dan waktu. Namun, setiap suara yang mengalir akan tetap terdengar. Seperti pesan-pesan yang terukir dalam setiap suku kata. Menghanyutkan hati dalam birunya telaga.
Telaga ini adalah saksi bisu bagi kita. Dalam setiap cerita yang terukir dalam senyum dan luka. Kita telah pernah membagi sentuhan dan jerit cinta. Cerita dari telaga yang takkan pernah terlerai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H