Kini kutuang kopi dalam sunyi, Hati terasa pilu, sepi merajalela. Engkau pergi, takkan kembali. Meninggalkan lara yang tak terelakkan.
Bunga-bunga pun layu tak bersemangat. Mekar indah sempurna bagai syahdu. Namun hampa kini ketika hadirmu menghilang. Tak ada lagi jejak tersisa di gelas ini.
Kesedihan hadir dalam lembaran waktu. Mengalir deras mengisi ruang kosong. Air mata mengalir menatap langit kelam. Menjadi saksi kehilangan yang mendalam.
Namun, meski kopi ini menggurat hati. Ku tetap berdiri tegar menghadapinya. Sebab hidup telah mengajariku arti. Bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup.
Aku merangkak bangkit dari luka ini. Belajar menerimanya, menetes, lalu pergi. Menyambut hangatnya malam yang sepi. Memberikan harapan dalam setiap sunyi.
Kau mungkin tak kan kembali lagi. Namun, ku yakin takdir telah menentukannya. Izinkanlah ku membuat segelas kopi pagi. Memetik kembali arti hidup yang bersemayam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H