Desaku, negeri di atas awan. Seakan tempat surgaku yang abadi. Di hadapanku terhampar indahnya panorama. Dedaunan hijau menyapa setiap pagi.Â
Kala mentari terbit memancarkan sinar. Menyinari langit biru yang mempesona. Begitu dekat dengan langit, aku berdiri teguh. Menghirup udara segar dan bersemangat.
Desaku, tempat kelahiran yang kucintai. Di sanalah aku tumbuh dan berkecambah. Rumah-rumah kayu berjajar rapi. Menyambut hangat setiap orang yang datang.
Di samping ladang hijau yang subur. Tersusun lahan pertanian yang luas. Petani dengan semangat mengolah tanahnya. Menjaga kehidupan dan berusaha keras.
Desaku, tempat kedamaian dan kebersamaan. Warga saling mengasihi dan tolong menolong. Menyatukan jiwa dan hati dalam kebaikan. Membangun negeri dengan kecintaan yang tulus.
Desaku, negeri di atas awan putih. Menyimpan sejuta kenangan dan cerita. Ku harap keindahannya tetap lestari. Untuk generasi mendatang yang akan datang.
Desaku, dalam bait puisi ini ku tuangkan. Rasa syukur dan kehangatan yang terpancar. Kau tetap menjadi tanah yang kucintai. Di setiap hatiku yang selalu merindu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI