Â
Di ujung senja Sya'ban nan syahdu. Aku merenungi hidup tiada henti-hentinya. Sambil berjalan diantara pehononan rindang nan sunyi. Sesekali menatap matahari kian detik kian redup, dalam sepi
Hanya ada seseorang yang menemani langkahku. Entah siapa orang itu, aku pun tak tahu. Namun senyumnya menenangkan. Senyum yang meredakan rasa rindu
Sebentar lagi akan mengucapkan selamat tinggal padaku. Seiring dengan senja yang akan berlalu. Yang kutahu, aku hanya ditemani senja Sya'ban nan syahduÂ
Sesaat kembali kuteringat pada senja yang berlalu. Kala itu langit biru sedang redup. Beberapa orang berjalan dalam keadaan tertatih dan letih. Suhu udara yang memadat, membuat semua penuh sesak. Tapi kulihat semua terasa sangat indah
Semua berduyun menikmati tiupan angin dingin di ujung senja. Sambil mendengarkan suara gemericik air. Juga hiruk pikuk yang mendera dunia. Berlalu lalang seolah mencari sesuatu. Untuk membunuh rasa dahaga yang menyiksa
Sya'ban, jiwa ini syahdu. Saat orang berduyun-duyun dalam keramaian. Hati dan jiwaku masih menjalani serupa saat itu. Teruslah berjalan menuju ujung senja. Tak perlu sempat berfikir lagi
Jangankan mimpimu. Duniawi pun jangan pernah kau pikirkan lagi. Janganlah singgah di tengah jalan. Biarkan rinduku tempatmu. Di mana segalanya lewat tapi di hati masih tersisa. Semoga nanti rindu ini akan berjumpa lagi denganmu
Sya'ban, berjalanlah, sembari menghela nafas yang terakhir. Ayunkan langkahmu, janganlah berhenti. Biar nanti, malam yang akan mengembalikanmu pada keheningan. Dalam pesona senja Sya'ban nan syahdu. Berbalut gelap dalam gulita
Walau engkau telah pergi. Namun ramadhan telah menyambut. Dengan penuh rasa gembira. Akan berpelukan dengannya. Selama satu bulan penuh. Akan bercengkerama dengan ramadahan.Â
Dia adalah tamu yang agung. Tamu yang sangat istimewa. Sebagai penggantimu di setiap langkah, dalam satu bulan ke depan. Selamat jalan Sya'ban, selamat datang RamadhanÂ