**Di Bawah Naungan Pak RT** Â
Di sebuah kampung kecil yang asri, hiduplah seorang pria paruh baya bernama Pak RT. Nama aslinya adalah Pak Rahmat, tetapi seluruh warga lebih senang memanggilnya Pak RT. Sosoknya ramah, bijaksana, dan selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan. Â
Kampung itu tak terlalu besar, hanya terdiri dari beberapa lusin rumah dengan penduduk yang akrab satu sama lain. Meski sederhana, kampung tersebut penuh warna karena keberadaan Pak RT yang senantiasa menciptakan suasana hangat dan harmonis. Â
Setiap pagi, Pak RT akan berkeliling kampung dengan sepedanya yang sudah tua. Dia menyapa warga satu per satu. Ada Bu Siti yang selalu sibuk menjemur kerupuk, Pak Tarman si tukang tambal ban, hingga anak-anak kecil yang bermain di lapangan. Â
Namun, suatu hari, sebuah kabar mengejutkan datang. Jalan utama kampung yang menjadi akses ke kota akan ditutup untuk perbaikan selama tiga bulan. Warga pun panik karena jalan tersebut merupakan jalur utama bagi mereka untuk menjual hasil kebun dan membeli kebutuhan sehari-hari. Â
Melihat kepanikan itu, Pak RT segera mengambil inisiatif. Malam itu, ia mengumpulkan seluruh warga di balai kampung. Â
"Kita tidak bisa hanya berdiam diri," kata Pak RT dengan suara tegas. "Kita harus mencari solusi bersama." Â
Warga saling pandang, mencoba mencari ide. Tiba-tiba, Pak RT melanjutkan, "Bagaimana kalau kita buat jalur alternatif? Memang akan sedikit lebih jauh, tapi kita bisa gotong royong membuatnya." Â
Awalnya, banyak warga yang ragu. Jalur alternatif itu akan melewati hutan kecil di pinggir kampung. Tapi semangat Pak RT yang tak pernah padam berhasil menular. Â
Keesokan harinya, seluruh warga berkumpul dengan membawa cangkul, parang, dan alat-alat lain. Dengan bimbingan Pak RT, mereka mulai membuka jalur baru. Prosesnya tidak mudah. Mereka harus menebang pohon, membersihkan semak belukar, dan meratakan tanah. Â
Selama berminggu-minggu, warga bekerja keras. Pak RT selalu ada di tengah-tengah mereka, memberikan semangat, bahkan tak segan ikut mengangkat batu dan memotong dahan. Â