Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maka Menjadi Siputlah Aku

16 Februari 2012   04:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:35 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Televisi itu masih saja hingar bingar. Berita tentang demonstrasi anti FPI ditayangkan begitu rupa. Seperti sebuah sajian yang memang harus ditonton. Seorang seniman di Kota gede dihajar beramai-ramai oleh laskar mujahidin, katanya. Beberapa jam setelahnya, masih tentang berita televisi, si cantik Angelina Sondakh terlihat duduk dengan kacamata dan pemulas bibir warna merah fanta yang begitu segar. Dia terlihat tenang. Matanya sesekali berkerjab. Kerjaban yang tak kentara terlihat dari balik kacamatanya. Beberapa hari sebelumnya, ah, tentang nenek Minah atau Supinah itu. Itulah sajian televisi beberapa hari ini.

Entah oleh sebab apa, dia bangkit dari duduknya dan mematikan televisi. Di samping tempat duduknya sebuah genangan membasahi lantai. Kenapakah..? Oh, rupanya itu air muntahan liurnya. Ia telah menjadi jengah. Jengah  bercampur muak yang telah memuncak. Telah lama ia begitu. Ya, bila muaknya memuncak, ia kan memuntahkan air liurnya dimana saja. Ember yang terletak disamping kanannya menjadi benda tak berguna.

Selepas mematikan televisi itu, ah, masih saja ia mendengar semua tetek bengek berita televisi tersebut. Bahkan lengkap dengan segala bumbu tambahannya. Di Warung kopi. Di ruang kerja pabriknya. Di lingkungan rumahnya. Begitulah. Maka tak ada jalan lain. Tak ada hal lain yang bisa ia pikirkan kecuali.....menjadi siput.

Ia berkata, untuk apa melihat dan mendengar semua kebengalan dan kekacauan itu..? Tak ada kecuali memusingkan kepala dan merasakan muak tak tertahan. Lebih baik, menjadi siput sajalah aku. Tepat setelah kata-kata itu keluar dari bibirnya, ia meraih sebuah cangkang yang terletak disamping kirinya. Dengan cepat ia mengenakannya. Ia masuk kedalam cangkangnya. Tak ada suara dan tak ada apa-apa yang ia lihat. Ketenangan telah menjadi miliknya.

Maka menjadi siputlah aku. He, kata-kata mantera yang selalu ia ucapkan saat jengahnya memuncak. Begitulah siput kambuhan itu. Dasar siput  ..!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun