Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bukber Tanpa Tarber

18 Juni 2017   07:35 Diperbarui: 4 Juli 2017   11:17 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah kapan gejala ini mulai marak. Sepertinya sudah lama. Begitu dirasakan, rasanya...ya biasa saja. Sepertinya sudah menyatu jadi gaya hidup Bulan Ramadan kita (Kita..!? , he). Maka buka (Puasa) bersama alias Bukber tanpa Taraweh bersama (Tarber) pun jadi jamak, terutama kaum urban, katanya. Hayo perhatikan bagaimana (isi) Ramadan kita masing-masing.

Dulu sekali, zaman masih kuliah (zaman kiplik) saya pernah ada urusan di Jakarta saat Bulan Ramadan. Suatu hari bersama teman, kami keluar menjelang maghrib, sebab teman ada urusan (sebetulnya gak penting-penting amat sih) maka seusai buka puasa sampai usai waktu sholat Isya dan Taraweh berjamaah di masjid usai kami masih di jalan. Saya perhatikan teman saya waktu itu biasa saja. Tak ada rasa terusik tidak ikut Sholat isya dan Taraweh berjamaah di masjid. Saya, sebab masih lugu, entah kenapa ada rasa bersalah berada di mall saat waktunya sholat Isya dan taraweh berjamaah di masjid. Rasanya tidak tenang dan ingin segera pulang ke rumah (rumah teman, saya menginap di rumahnya). 

"Udah tenang aja, kita perempuan, bisa sholat Isya dan taraweh di rumah nanti. Waktunya panjang..." teman saya menenangkan

Dan sodara-sodara, fenomena orang-orang lebih suka berada di mall dan cafe-cafe saat waktunya sholat isya dan Taraweh Bulan Ramadan itu akhirnya menyebar di banyak Kota lain pada dekade terakhir ini. Efek globalisasi, kemajuan pembangunan dan lain sebagainya riuhnya kemajuan Jakarta dengan lifestyle kota metropolitan menyebar di banyak kota lain, tak terkecuali Palembang kota saya. Lifestyle Ramadan kaum urban, fenomena Bukber tanpa Tarber marak. Hayoooo, ngaku sering hadir acara Bukber kan. Bukber di kota saya sih biasanya diadakan di cafe/resto  Mall atau cafe/resto di diluar mall. Undangan Bukber bejibun.

Bukber alumni SMA, bukber alumni kuliah, bukber kantor, bukber komunitas (komunitas yang diikuti banyak pula). Hayooo diingat-ingat, biasanya bukber diadakan di cafe/resto  mall atau cafe di luar mall itu, setelah buka puasa bersama, paling juga satu dua orang menyempatkan sholat maghrib di mushola terdekat cafe (syukur kalau cafenya ada mushollah, kalau cafe di mall ya adalah mushollah di mall). Setelahnya ngumpul lagi di cafe tempat bukber, ngobrol-ngobrol ini itu sampai paling cepat jam 8 malam, malah ada yang sampai jam 9 malam. Ada lagi yang lanjut belanja dan window shopping di mall. Sholat Isya dan Taraweh, ah kan bisa di rumah saja. 

Begitulah kita eh saya beberapa tahun terakhir ini. Spirit Bulan Ramadan yang seharusnya bulan tafakur itu sepertinya jauh sekali kecuali bulan dimana siangnya kita berlapar-lapar puasa dan malamnya bercanda ria bersama buka puasa kongkow-kongkow di cafe. Bukber tanpa Tarber. Mall dan cafe ramai sangat saat malam hari Bulan Ramadan, sedang masjid-masjid di komplek hanya dipenuhi tua-tua kampung, kaum sepuh dan anak-anak yang beruntung yang kebetulan ayah/ibunya teguh ingin meramaikan Masjid dengan sholat Taraweh berjamaah, mungkin pula tadarusan bersama.  Sedihkah kita..?  Jawabnnya bisa bermacam-macam, tergantung sudut pandang masing-masing.   

Tahun ini saya saya mulai membatasi Bukber. Sudah mulai bosan juga bukberan, he.  Malah saya bilang No Bukber tahun ini. Di komunitas Kompal, kami pun sepakat tidak ada Bukber Kompal, diamini teman-teman lain. Supaya khusuk  ibadah malam di bulan Ramadan, kata Yayan (Haryadi Yansyah). Apalah daya, No Bukber itu belum 100% saya jalankan. He, saya harus hadir Buka Bersama Kantor yang acaranya di Griya Agung tanggal 4 Juni (Bukber yang ini ada Tarbernya, ada ceramah ustadz pula, syukurlah). Total ada 3 kali saya buka puasa di luar rumah. Pertama yang bukber kantor tadi, kedua buka puasa di Warung Kopi Rajawali bersama anak, ketiga buka puasa di Masjid Darussaid sebab sore habis belanja di Giant (gak keburu buka kalau langsung pulang). Rasanya... nyaman saja Ramadan tanpa Bukber ini.  Ramadan tanpa Bukber itu toh baik-baik saja, bahkan nikmat, hidup rasanya lebih sederhana, lebih terasa nuansa Ramadannya. 

Demikian kira-kira. Jadi Bukber tanpa Tarber...? ya silahkan direnungkan bagi yang mau. Tulisan ini lebih sebagai pengingat diri  saja. Sebab bukber adalah hak siapa saja sebagaimana hidup mau dijalani seperti apa ya pilihan masing-masing. Bagi saya pribadi, he bukber itu (bukber yang kongkow-kongkow di mall dan cafe ya) ngabisin waktu dan duit juga.  Bahkan katanya bagi ABG meninggalkan banyak sisa baperan, hohoho (Nih disini).  Salam Kompasiana. Salam Kompal. Salam Nusantara. Salam Ramadan. Lebaran sebentar lagi... :).

Sumber: Dok.Kompal
Sumber: Dok.Kompal
    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun