Pada pagi hari akhir pekan beberapa minggu lalu, tiba-tiba saja saya sudah di depan layar laptop saya, pada sebuah film dokumenter berjudul "Tantura". Â Akhirnya berhasil juga saya dituntun seseorang yang tak mau disebutkan namanya agar saya menonton film tersebut, bukan main. Apakah saya menghasilkan endapan pikiran yang sama seperti teman tersebut ? entahlah.Â
Film dibuka dengan flashback ke Tahun 1948 saat PBB melakukan voting untuk pembagian wilayah Palestina bagi Kaum  Yahudi dan Arab, hal yang selanjutnya  menjadi Tahun berdirinya Negara Israel dan terusirnya lebih dari 800 orang Palestina. Tentu saja pengusiran sangat kejam bagi Bangsa Palestina yang mereka sebut sebagai "Nakba" atau Malapetaka.
Film dilanjutkan dengan kisah orang-orang Israel renta mengenang masa ketika memasuki sebuah Desa Palestina bernama "Tantura". Disinilah diceritakan bagaimana mereka awalnya disambut dengan  baik  oleh penduduk asli Palestina di desa Nelayan Tantura.Â
Film berlanjut dengan pengakuan beberapa tentara tua bagaimana Nakba dilakukan oleh tentara Israel kepada warga Desa Tantura. Pembunuhan, Â pembakaran, pembantaian , bahkan ada juga kasus perkosaan dan lain sebagainya. Sebagian mengaku terang-terangnya dengan bangga dan tanpa penyesalan, ada juga yang menyangkal sambil ia tertawa (Pada part ini, Â saya mendidh, seandainya bisa ingin rasanya saya terajang kakek itu, ups) .
Rentetan peristiwa yang entah kenapa dicatat seorang mantan tentara Israel bernama Teddy Katz. Dicatat secara runtut dalam belasan tape recorder. Saya terpana. Ya saya kira dalam diri setiap manusia, pastilah ada sesuatu yang disebut hati nurani. Hal yang masih ada di lubuk hati Teddy Katz tersebut. Catatan dan rekaman yang sejatinya ia jadikan tesis penelitiannya ketika ia melanjutkan pendidikan.Â
Tak jelas dalam penangkapan saya apakah ia menyelesaikan pendidikan pasca sarjananya atau tidak. Hal yang jelas adalah catatan dan rekaman kaset tersebut suatu hari ia serahkan kepada Alon Schwarz, seorang pembuat film dari Israel.Â
Tidak ada yang kebetulan. Bagi saya pertemuan dua orang Israel ini adalah kehendak Tuhan. Dugaan saya, kenapa mereka nyambung adalah karena  mereka  satu frekwensi. Mereka berdua adalah warga Israel yang masih memiliki hati nurani diantara sekian banyak warga Israel lain yang masih memiliki hati nurani dan empathy, kalau masih ada.
Seusai menamatkan film dokumenter yang membuat saya bergidik tersebut, rasa penasaran saya tak bisa dibendung. Saya mulai mencari latar Belakang sang sutradara Alon Schwarz membuat film itu. Â Hasilnya, entah kenapa membuat saya lega. Lega dan agak bahagia juga, masih ada warga Israel yang jujur atas fakta dan realitas yang sebenarnya,