"Umurmu sudah jelang 40 tahun dan kamu belum punya rumah? Beneran belum? Haiyah kamu belum aman." Begitu kira-kira obrolan maha penting dari trend Twitter kemarin.Â
Maka saya jadi ikut berpikir, ada apa dengan rang-orang umur 40 tahun ini? Kenapa jadi begitu ruwet dengan obsesi ketika 40 tahun harus sudah mapan, sudah punya rumah dan lain sebagainya.Â
Sebab katanya, "life begins at forty. Muda ceria tanpa beban, dewasa kerja keras dan bahagia, lalu tua tenang tentram, siapa yang tidak mau?"
Ya kita paham bahwa hidup perlu terencana dengan baik, ada mimpi dan harapan tentang masa depan itu lumrah. Sepanjang dilakukan dengan wajar, tidak ngoyo, tidak memaksakan diri.Â
Obsesi Memiliki Rumah
Saya kok gak seruwet generasi jelang 40 tahun ini ya.
Sejak lahir saya ada rumah, punya orang tua saya. Setelah tamat sekolah dan berkerja punya rumah juga, rumah dinas. Setelah menikah ya punya rumah juga, rumah suami
Eh umur 48 tahun baru beli rumah dengan uang sendiri. Tentu saja rumah biasa, jauh dari mewah dan di kawasan tidak elit pula, pokoknya terjangkau kantong saya.Â
Apa saya merasa tidak elit? Entahlah. Hal yang jelas, saya tidak merasa tidak nyaman apalagi tidak aman. Saya merasa aman dan nyaman kok.
Siapa bilang saya gak punya mimpi punya rumah bagus? Saya punya dulu. Saya ingat di belakang sekolah SD saya, ada rumah dengan halaman luas, rumah di mana Benny Panjaitan bersaudara latihan band.Â
Di sekitar wilayah itu rata-rata rumah tipe rumah kayu antik gaya Amerika Selatan dengan halaman luas. Tiap jam keluar main, saya dan teman-teman ke samping sekolah karena ada rumah yang di halamannya buka lapak jajanan.