Jika saja waktu bisa diubah lagi ke masa lampau, zaman muda, penuh semangat, keberanian, optimisme, juga romantisme penuh idealisme, maka kau akan menemukanku tidak seperti ini.
Tak ada di meja ini. Tak ada di ruang-ruang rapat seperti itu. Tak ada perkutatan mataku pada data-data itu. Tak ada bau masakan sesuai pesanan keluarga di dapurku. Tak ada pula di peraduan malam bersama pasangan hidup yang disebut suami dan situasi-situasi lain sekarang. Mungkin juga tak ada akun ini.
Hidup kadang begitu absurd. Seabsurd kata-kataku sendiri di masa lampau yang rupanya tak menjadi kenyataan kini. Seabsurd janji kita yang sekarang kita tertawakan bersama jika sesekali kita saling menyapa dari balik jendela dan pintu akun sosmed kita.
Sesekali lain, ah aku baca puisi lagi. Entah sudah berapa puluh ratus purnama tak lagi sempat membaca puisi.
Puisi ini tentang Cemara yang menderai sampai jauh,
Kisah di balik puisi Pembacaan ini bisa dibaca di instagram saya
Puisi Chairil Anwar, Derai-derai Cemara. Dibuat beliau pada Tahun 1949 pada tahun kematiannya.
.
Konon dibuat saat beliau sedang sakit dan memandang kehidupannya yang terasa baginya di ujung perjalanan.
.
Ada banyak cerita di balik puisi ini. Buat saya, kisah apapun adalah milik pribadi beliau. Saya mencoba membawakannya sambil menyelami perasaan itu, tentu dengan interprestasi saya.
.
Apapun, pada karyanya bung Chairil selalu menjejakkan pesan kuat, teguh, khas dengan keakuannya tinggi dan seringkali satir
#deraideraicemara #chairilanwar. Salam.Terimakasih kepada @argamarshall yang telah membantu membuatkan video ini 🙏
Begitulah. Jika pandemi ini mengurangi aktivitas di luar rumah kita, kenapa tak berpuisi saja. Yuk Ikutan Lomba Puisi Kompal dalam rangka Hari Puisi Nasional yang jatuh pada tanggal 26 Juli lalu.
Sampai tanggal 7 Agustus lusa ya. Kapan lagi seru-seruan di lomba Kompal. Mau tau info lengkap seputar lomba bisa dibaca DISINI.
Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.