Pas akun premium aktif, eh pas keinginan menulis muncul. Begitulah tadi siang. Sayang saya harus menunda keinginan menulis sebab sedang ada pekerjaan lain. Pas sedang agak senggang malam ini, gagasan tadi siang menguap entah kemana hingga saya harus ke twitter dan kembali menemukan kehebohan soal Kalung anti Corona ini.
Yupz, sejak kemarin Kementerian Pertanian mengeluarkan jualannya juga. Hiks, emang kita-kita aja yang pada banting setir jualan saat masa Covid-19, Kementan gak mau kalah. Sebagai orang yang dulunya masih ada bau-bau dengan Kementan (pernah bekerja di salah satu UPT Balai Diklat Pertanian milik Kementan) tentu ini membuat saya agak bertanya-tanya, hm, apa iya jualan seperti jualannya kita-kita !? Entahlah.
Menelisik jejak jualan Kalung Anti Corona itu di twitter, ya... rupanya seperti itu. Memang jualan seperti jualan kita-kita. Jualan dengan kata lain dagang sebagai aktivitas ekonomi dengan tujuan profit. Bedanya, jualannya Kementan tentu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani Eucalyptus sp alias Kayu Putih. Meningkatkan kesejahteraan pengrajin minyak kayu putih, termasuk pedagang dan lain sebagainya.
Menariknya lagi, jargon Anti Corona itu rupanya baru klaim sepihak. Mungkin bisa terbukti ampuh menangkal Corona, bisa juga tidak. Â Kalau terbukti ampuh bagus, jika tidak, minyak kayu putih tetap bermanfaat karena minyak kayu putih bagus untuk kesehatan (membantu meredakan flu, melegakan pernafasan, menghangatkan badan dll), hehe. Masa begitu ?
Saya baca lagi, Kepala Badan Litbang Kementan. Fajry Djufry berkata bahwa keampuhan menangkal Corona karena Minyak Kayu Putih itu terbukti dari hasil penelitian 10 (sepuluh) tahun lalu ampuh menjadi antivirus untuk avian influenza (flu burung) H5N1, gammacorona virus dan betacoronavirus. Sudah dilakukan penelitian uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Lalu hebohlah kita. Pro-kontra muncul, wajar saya kira. Saya bukannya menganggap remeh penelitian yang sudah dilakukan oleh Balitbangkementan. Tetapi...., agak lebay kalau percaya bulat-bulat. Mengingat penelitian itu dilakukan terhadap virus lain, meski ada embel-embel Corona juga yaitu gammacorona virus dan betacoronavirus, itu bukan virus SARs-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.Â
Salah satu yang agak kontra tapi punya alasan kuat adalah Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari Fahrial Syam. Menurut beliau dibutuhkan riset yang panjang untuk membuat obat anti virus Covid-19. Sepanjang apa, entahlah. Tetapi saya yakin semua penyakit yang diturunkan kepada manusia, pasti ada obatnya. Hanya, memang membutuhkan riset panjang dan kesungguhan.
Ketika saya dengar demi memasarkan obat antivirus Corona dan memberantas penyebaran Virus penyebab Covid-19 secara besar-besaran Kementan lalu teken kontrak dengan Minyak Kayu Putih Cap Lang, he disitulah saya menilai rasa jualannya terlalu terlihat secara nyata. Ampun makkkkk. Apa iya seperti itu. Entahlah.
Kemudian orang-orang mulai membuat meme, gambar di sosial media, kalung anti corona dengan mengalungkan sebotol kecil minyak kayu putih (mungkin milik anaknya atau istrinya) yang menohok jiwa tidak perduli saya pada kebohan topik  itu. Akhirnya saya tertohok juga. Ampun makkkkk. Â
Kemudian berikutnya, penulis Komik Kho Ping Ho biasanya menggunakan kalimat, sejurus kemudian, saya jadi berpikir, Kementan tidak salah. Lah kok ? Lah iya. Maksud saya jualannya tidak salah. Kementan berkata Kalung anti Corona kan. Ya benar itu. Hanya bukan Corona SARs-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19. Â Kesalahan Kementan itu cuma 1 (satu), kenapa jadi terjebak jualan pada momentum Covid-19 dan bukannya fokus bagaimana penanganan Covid-19 bagi petani, bagi aktivitas pertanian dan produk pertanian (pertanian dalam arti luas). Mungkin ini sedang dilakukan.