Pangan lokal adalah pangan tradisional yang dihasilkan suatu daerah di indonesia yang terdiri dari berbagai macam makanan olahan baik makanan pokok maupun makanan tambahan.Â
Di sekitar kita masing-masing sudah pasti ada dan banyak pangan lokal. Kita, tepatnya saya, dibesarkan oleh pangan lokal yang ada di sekitar saya. Saya tumbuh dan besar oleh makanan yang disajikan ibu saya dulu. Nasi yang dimasak dari beras kiriman Kampung dan aneka lauk-pauknya.Â
Makanan ringan di keluarga kami dulu ya sederhana seperti pisang goreng yang dibuat dari Pisang Gedah ranum, dihancurkan dengan gelas, diberi tepung dan sedikit kelapa parut lalu digoreng yang kami sebut "Pel*r Kambing".Â
Ketika zaman berkembang, Â pangan lokal yang ada di sekitar saya juga berkembang. Tepatnya melakukan banyak inovasi sehingga tetap eksis dan mampu bersaing dengan aneka makanan asing dan fasfood yang mulai merambah Indonesia termasuk Palembang.Â
Saya sih gak khawatir soal pangan lokal di Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel) secara umum. Â Menurut saya pangan lokal Sumsel akan tetap eksis. Â Contoh Pempek palembang sebagai salah satu pangan lokal di Palembang dan Sumsel.Â
Jika ditanya pada 10 (sepuluh) orang apakah lebih suka pempek (yang merupakan pangan lokal di Palembang dan Sumsel) atau jenis Fasfood dan makanan asing yang mulai marak juga di Palembang semacam Korean Barbeque, rasanya 8 dari sepuluh orang itu akan lebih memilih pempek ketimbang makanan asing ataupun fasfood.Â
Kenapa demikian? Karena pempek memang enak, juga mengenyangkan. Apalagi sekarang pempek dan aneka turunannya memiliki banyak varian. Â
5 Hal Kenapa Pangan Lokal Lebih Disukai
Hasil pengamatan terhadap perilaku orang-orang di sekitar juga beberapa hasil penelitian memang pangan lokal sejatinya lebih disukai daripada pangan impor. Saya sampai melakukan polling kecil-kecilan di grup Kompal. Dan benar saja , 8 (delapan) dari 10 (orang) anggota Kompal lebih memilih Pempek ketimbang Korean BBQ. Berikut 5 Hal kenapa Pempek Sebagai Pangan lokal Palembang itu lebih disukai dibanding makanan asing,
- Rasanya enak dan familiar di lidah. Kita tidak akan kaget dan merasa asing saat menyantapnya karena kita telah tau rasanya dan kita mengenal rasanya. Sebagai contoh, saya lebih suka Pecel  dan Urap ketimbang kimci, ya...karena rasa pecel dan urap sudah akrab di lidah saya. Kalau disuruh memilih diantara Shusi dan Pempek, saya pilih pempek karena saya sudah terbiasa dengan rasa pempek, he.
- Lebih segar karena tidak didapat dari daerah sekitar dan bukan impor yang membutuhkan waktu yang lama dari dia dipanen hingga diimpor dan sampai kepada kita. Makanan lokal lebih dekat dengan kita dibandingkn makanan impor. Hampir pasti rentang waktu untuk sampai kepada kita lebih kecil. Lokasi yang jauh membutuhkan waktu pengangkutan yang lama hingga kesegaran bahan makanan berkurang.
- Lebih sehat karena pangan lokal itu sederhana, dibuat dari bahan yang ada di sekitar hingga tidak membutuhkan pengawet dan food additif yang bisa berbahaya bagi tubuh. Ada penelitian yang mengatakan bahwa semakin dekat kita dengan sumber asal bahan makanan, maka kemungkinan makanan tersebut sehat adalah lebih besar. Karena tidak membutuhkan pengawet juga cold storage yang menghabiskan energi yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming)
- Lebih murah. Rata-rata pangan lokal harganya lebih murah dibandingkan pangan import. Paling tidak karena pangan lokal tidak membutuhkan bea masuk impor. Jika dengan jumlah uang yang sama kita bisa mendapat lebih banyak pangan lokal, kenapa harus beli makanan asing, ya gak?
- Bikin happy karena menyantap makanan lokal adalah seperti membuka kotak kenangan. Rasa enak yang terpatri dalam ingatan ini kuat pengaruhnya. Bisa dipahami mengapa orang Palembang yang sedang merantau sampai bela-belain beli pempek online atau mungkin minta bantuan saudara untuk mengirim ke alamatnya.
Tidak hanya Pempek, rasanya Pangan Lokal di sekitar kita akan lebih disukai dibandingkan pangan impor ataupun makanan asing. Coba saja amati selera dan pilihan makanan orang-orang di sekitarmu gaes. Â