Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Betulkah Perempuan Itu (Memang) untuk "Diperah"?

12 Juni 2019   08:47 Diperbarui: 12 Juni 2019   08:56 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul yang menggenaskan. Tetapi sejujurnya judul itu sengaja saya pasang saking grundelnya saya sekaligus mengajak  supaya kita berpikir, introspeksi diri, betulkah Perempuan (memang) untuk diperah? Diperah.....!?

Eits, jangan salah. Kalimat itu awalnya muncul dari mulut seorang perempuan juga. Dugaan saya barangkali karena ia merasa sebal sekaligus terpuruk melihat kondisi itu, mungkin. 

Kalau anda ditanya betulkah perempuan itu memang untuk diperah? saya yakin banyak yang tidak setuju dengan kalimat ini baik perempuan maupun laki-laki. Meskipun sadar atau tidak sadar ada yang mempraktikkan  pemerahan/eksploitasi walaupun hanya sekian persen. 

Di sisi lain, kadang perempuan sendiri memposisikan dirinya layak untuk diperah dengan alasan dia sebagai perempuan adalah mahluk yang harus mengamini laki-laki. Jika tidak demikian, laki-laki akan tidak menyukainya. 

Contoh kasus, seorang perempuan, konon dokter (punya klinik), lajang, kebetulan janda, ketika sedang makan dengan laki-laki (bukan suami, bukan pacar, entahlah), dia memposisikan dirinya sebagai pelayan manja. 

Mengambilkan nasi dan minum laki-laki teman makannya. Ketika sedang makan di Gerai Fastfood, dia mengambilkan sambal untuk cocolan ayam goreng untuk si lelaki, apahhh?  Gak sekalian si lelaki itu disuapi juga, hiks.

Ini cerita nyata dari seorang teman. Perempuan itu melakukan beberapa pelayanan atas inisiatif sendiri ketika sedang bersama pria. Alasannya, saya bosan maen ego, katanya. Sebelumnya, hubungan perempuan tersebut dengan beberapa laki-laki sering kandas. Menurutnya laki-laki menuntutnya harus menurut dan melayani. Alhasil dia percaya bahwa perempuan itu fitrahnya harus mengalah dan  melayani lelaki. Perempuan itu swargo nunut neroko katut, katanya. Saya bilang sih, ini sungguh menggenaskan.

Sebelum tiba di obrolan seksi tapi agak menggenaskan dengan judul di atas, saya terperangah dengan unggahan seorang kawan di IGnya. Jadi dia sedang mencari calon istri yang sholehah, mandiri tapi perkasa. Beberapa kriteria yang diinginkan adalah sebagai berikut

Rajin bangun pagi

Rajin ibadahnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun