Setiap kali ramadan berakhir, ada harapan yang muncul agar bisa merasakan indahnya ramadan lagi. Baru berakhir, sudah rindu lagi. Jika ada terselip rasa sedih ketika ramadan berakhir mungkin itu pertanda bahwa ghirah dan iman Islam kita masih di batas normal. Meski bahagia menyambut Idul Fitri, hampir setiap orang merasa sedih dengan berlalunya ramadan
Kenapakah demikian ? Karena bulan ramadan memiliki banyak keistimewaan dan kemuliaan. Bulan ladang amal, bulan penuh ampunan dan rahmat. Hadits Rasulullah SAW yang dituturkan Ibn Mas’ud ra:
“Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadan, niscaya umatku mengharapkan Ramadan terus ada “sepanjang tahun ”
(HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami)
Gemblengan ramadan yang istimewa itu harapanya menjadi panutan dan inspirasi untuk 11 bulan lainnya.
Ramadan tahun ini jadi betul-betul istimewa. Sebab saya berpacu dengan banyak target. Diantaranya, harus membuat 1 (satu) tulisan dengan tema berbeda setiap hari selama 33 hari. Harus memasak untuk lauk dan sayur buka dan sahur selama puasa. Selain itu, ya tetap bekerja setiap hari. Kan, istimewa berpacu dengan target dan waktu.
Buat saya yang sudah lama tidak ikut proyek menulis di Kompasiana, dulu pernah menulis fiksi J50 K selama sebulan (dan jadi buku saya) dan proyek menulis kolaborasi fiksi, menulis event dan dilombakan pula ini jadi tantangan menarik. Sebab saya berhasil memaksa diri saya aktif menulis. Setidaknya, saya paksa dengan bahagia diri saya. Ayo, elly masa gak bisa menulis seperti ini, he.
Alhasil meski setiap hari kurang tidur (sebab bangun sahur langsung shubuhan, beres-beres rumah lalu mandi dan berangkat kerja), saya happy. Happy karena berhasil melaksanakan target menulis setiap hari dengan tema berbeda di event samber THR Kompasiana.
Saya berangkat kantor jam 5.55 WIB. Tiba di kantor pukul 06.15 atau lebih sedikit sholat dhuha sebentar. Jika tidak ada kerjaan kemarin yang harus sudah siap pagi biasanya saya ngedraft tulisan untuk hari itu, syukur-syukur langsung selesai dan dipublsih. Lalu jam 08.00 WIB mulai kerja, rapat, membuat evaluasi indikator makro dan lain sebagainya. Pukul 15.00WIB bila pekerjaan sudah selesai saya siap-siap pulang.
Begitu sampai rumah, ah saya masak menyiapkan lauk dan sayur untuk buka puasa. Setelahnya sibuk menata meja dan belajar foto flatlay menu buka puasa kami.
Malam seusai taraweh di rumah, barulah saya menyelesaikan tulisan untuk dipublish. Tidur jam 22.00 WIB kadang lebih, pukul 03.30 bangun menyiapkan sahur. Begitu seterusnya. Setiap hari.
Walaupun tantangannya sangat banyak, alhamdulillah ide dan semangat menulis tidak pernah surut. Inspirasi, entah kenapa selalu muncul ketika dibutuhkan. Rasanya Allah membantu saya. Apalagi kawan-kawan Kompal dan sesama kompasianer. Kami saling support, saling blogwalking, saling memberi ratting dan komen. Kan, tidak ada yang sulit selama kita saling membantu. Ramadan ini betul-betul menginspirasi.