Entah kenapa dalam seminggu ini pikiran di kepala saya beberapa kali hinggap pada sosok beliau. Di antara keriuhan timeline oleh kasus Ratna Sarumpaet, nama beliau muncul begitu saja. Seolah berkata, hai Elly, sedang apa kau, nduk?
Yupz siapa tak kenal NH Dini yang nama lengkapnya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin. Penulis yang dilahirkan di Semarang, 29 Februari 1936.Â
Nh Dini, novelis, sastrawan yang aktif menulis sejak masih belia. Beliau meraih penghargaan Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada Tahun 1989 dan beberapa penghargaan lain.Â
Beberapa penghargaan lain itu seperti meraih SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand pada Tahun 2013.
Beliau juga meraih Lifetime AchievmentAward dari Ubud Writes and Readers Festival (UWRF) Â pada Tahun 2017 yang diberikan langsung oleh Janet DeNeefe, pendiri dan Direktur UWRF di Ubud, Bali.Â
Saya menyimpan nama NH Dini lekat-lekat di ingatan sejak saya remaja. Tidak saja sebab karya-karyanya, juga karena nama beliau indah bagi saya. Kalau tidak salah arti nama beliau adalah Cahaya Hidup Sri Hardini Siti Nukatin. Entah apa makna Sri Hardini. Setahu saya Sri dalam Bahasa Jawa itu melambangkan kebaikan.
Sedangkan panggilan "Dini", entah kenapa di ingatan saya selalu identik dengan sebentuk bayangan perempuan mungil, lembut dan sopan. Keponakan saya bernama Dini, lembut bicaranya, sopan, manis pula.
Teman di kantor bernama Dini, tak jauh beda. Bu (NH) Dini, menurut perkiraan saya bisa jadi juga lembut, sopan dan sudah pasti manis. Semanis dan seindah karya-karya sastranya.
Maka kenangan membahas karya NH Dini itu menyeruak begitu saja bersamaan dengan jemari saya yang menemukan halaman tentang beliau yang entah kenapa terbuka di HP saya.Â
Mungkin karena ingatan tentang karya beliau begitu lekat, tanpa sadar jemari saya seperti remote control menemukan halaman tentang beliau.Â
Sebelumnya, ya sudah beberapa kali juga membaca tentang aktivitas terkini beliau. Sebab saya suka karya-karya NH Dini. Rata-rata tulisan beliau tentang kehidupan perempuan, meski beliau enggan disebut feminis.