He, saya Selalu suka mengenakan batik, dengan alasan apapun. Mungkin sebab kekhasan Batik itu sangat menyatu dengan jiwa terdalam saya, entahlah. Hal yang jelas terasa, Batik itu ngeblend banget dengan saya, ehm. Bahasa kekiniannya, gw banget,wew.
Sudah pada tau kan gaes, hari ini, Â tanggal 2 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Sudah pasti dengan sukacita saya akan mensosialisasikan Hari Batik Nasional hari ini.Â
Hampir seluruh pegawai di lingkungan Pemprov Sumsel berbatik Palembang hari ini. Â Ada Surat Edaran Mendagri yang disebar di grup WA dinihari, bahwa Hari Batik Nasional hari ini wajib memakai batik.Â
Saya, senang dong.  Tidak saja sebab saya suka batik, juga sebab kebanggan saya pada Keindonesian saya. Batik dan Indonesia itu sudah dipisahkan. Batik yang  sejarah, motif dan warnanya begitu kaya dan beraneka itu seperti menggambarkan keberagaman Indonesia. Â
Batik yang sejarahnya panjang dan berkembang meluas, baik terminologi maupun pehamaman soal batik. Berkembang Batik Daerah yang tidak melulu seperti Batik di Jawa. Â
Nah Palembang atau Sumatera Selatan secara umum punya loh batik khas sendiri. Meski belum jelas apakah sesuai atau tidak dengan definisi Batik sebagaimana Batik Jawa, tetap kami sebut Batik Palembang.
Batik Palembang malah ragam dan macamnya. Ada jumputan Palembang, yang kadang disebut juga kain Pelangi. Selain itu katanya ada Tajung, Blongsong, ada prada, ada batik Jupri dan lain sebagainya.Â
Kali ini secara khusus saya akan membahas tentang Jumputan Palembang. Â
Kain Jumputan atau Kain Pelangi adalah kerajinan kain yang dihasilkan dengan teknik jumputan, mengikat dan merendam (tie and dye) untuk menghasilkan motif tertentu. Â
Prosesnya dimulai membuat pola, lalu mengikat erat bagian bagian-bagian tertentu yang dikehendaki kemudian mencelupkannya ke larutan pewarna sesuai keinginan. Supaya aman, beberapa pengrajin yang saya kenal menggunakan bahan pewarna alami seperti gambir, bunga kecubung, kayu damar, nila, dll.