Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Alasan Kenapa Saya Berhenti Melajang

19 Agustus 2018   19:04 Diperbarui: 22 Agustus 2018   00:49 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab kopi yang sudah diseduh ini mesti dipertanggungjawabkan, dibuat dalam rangka apa? Menghasilkan apa? Baiklah saya tulis saja. Secangkir kopi ini dibuat dalam rangka menyambut sore yang  mengendap malu-malu di kota saya ini. 

Setelah direguk, sebagaimana biasa, pikira-pikiran yang mengendap mulai muncul bersamaan dengan munculnya sensasi pahit dan aroma kopi. Serta kepulan uap panas kopi ketika direguk.

Di sebelah cangkir kopi hitam saya, secangkir kopi susu mengembangkan senyum dengan mantap. Seolah bilang, hey, kau tidak tampil sendiri. Ada aku di sampingmu, kita sepasang. Wadaw, sepasang.

Oh baru tersadar awak, artinya saya tidak sendiri toh, saya punya pasangan. Makin lama pikiran-pikiran itu makin menguat  ketika saya mereguk lagi kopi hitam saya. Mereka merangsek minta dituangkan di halaman ini.

Sumber: Dok.Pribadi
Sumber: Dok.Pribadi
Baiklah. Melajang  atau tidak melajang itu soal pilihan. Soal kondisi, entah rela atau tak rela. Pada prinsipnya siapapun bisa melajang atau tidak melajang tergantung pilihan masing-masing, tergantung ikhtiar masing-masing, dan tergantung jalan hidup masing-masing. Masa iya? Lanjut baca.

Ada yang berikhtiar supaya berhenti melajang, sampai akhir hayat tetap melajang. Ada yang berniat melajang malah menikah. Ada yang gak mikir soal menikah, eh tau-tau besoknya menikah.

Ada yang berniat menikah setelah hitungan tahun jadi apatis mungkin dengan cerita yang disebut patah hati lagi lalu memasang niat akan melajang hingga akhir hayat dan lain-lain. Ada yang  saking menikmati pekerjaan dan karir tak terpikir untuk menikah, dia asyik melajang, entah sampai kapan. Begitupun saya. Saya salah satu dari mereka hingga suatu hari saya menikah. Selintas bisa dibaca DI SINI.

Nah sebelum jadi melebar kemana-mana, saya coba uraikan 5 alasan kenapa orang, eh saya, berhenti melajang:

  1. Menikah itu berarti memiliki pendamping hidup. Tanpa saya tau, rupanya keluarga khawatir ketika saya hidup sendiri. Harus ada yang mendampingi dalam hidup, ketika sakit, ketika usia makin menua dan renta, begitu kata mereka (Pada kelompok lain, memiliki pendamping hidup bisa disebabkan alasan supaya punya keturunan dsb). Setelah dijalani, eh rupanya menikah itu menyenangkan. Bangun tidur, eh ada yayang disamping. Mau kondangan, ada pasangan yang mendampingi.  Ada acara kantor  dimana harus bawa pasangan sah, ada yang dibawa.
  2. Menikah itu membuat orang lebih bertanggung jawab. Bagi saya, perempuan dan laki-laki punya tanggung jawab terhadap pasangan masing-masing dan terhadap rumah tangga yang dibentuk. Pulang kerja, biasanya pengen cepet pulang ke rumah, masak buat keluarga, makan bersama keluarga.
  3. Menikah membuat pasangan saling menjaga dan saling mendoakan dunia akhirat.  Sebab saya percaya akhirat, saya suka dengan ide saling menjaga dunia akhirat ini. Setiap selepas sholat suami saya mengajak saya mendoakan keluarga kami yang telah tiada, mulai dari almarhumah ibu saya, almarhum ayah suami (ayah mertua), almarhumah ibu suami (ibu mertua, dan almarhumah istri suami saya yang telah meninggal dunia (saya menikah dengan duda yang istrinya telah meninggal dunia). Hal yang saya sebut terakhir, membuat saya berpikir, beginilah hakekat utama orang menikah.   
  4. Menikah itu mengurangi egoisme dan memunculkan kompromi.  Jika biasanya saya kemana-mana sok suka-suka saya, sekarang saya tak boleh lagi egois. Biasanya saya masak dan makan selera saya, sekarang saya memikirkan selera orang lain, suami dan anak. Biasanya saya suka minum kopi di warung kopi dan cafe murah meriah langganan saya, sekarang saya ngopi di rumah bersama suami.
  5. Nah hal yang terakhir, last but not the least, soal datangnya jodoh. Seribu alasan kita menolak atau ngebet menikah ketika jodoh belum datang, ya tidak akan terjadi. Seribu alasan kita ingin melajang ketika jodoh datang, suka atau tidak suka, disadari atau tidak, tau-tau kita berubah pikiran. Hati tiba-tiba terbuka pada seseorang yang dikirimkan Tuhan dan akhirnya menikah. Prikitwiw, bew!

Demikian alasan kenapa saya berhenti melajang. Sekali lagi melajang atau berhenti melajang adalah soal pilihan. Tetapi saya mau bilang, melajang atau berhenti melajang adalah soal jodoh. Inilah alasan utamanya. Sedangkan 4 alasan lain, ah cuma pelengkap. Pengalaman pribadi. Orang lain, pasti beda dong pengalamannya. 

Begitulah. Pass, kopi saya tandas, tinggal ampas. Salam Asian Games yang pembukaannya keren banget ituh. Salam kompak selalu. Salam Kompal. Salam Kompasiana. Salam Nusantara. Salam menikahlah, jika saatnya sudah tiba. Jika belum ya santai saja. Salaman.

Sumber:Kompal
Sumber:Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun