Bantimurung adalah impian saya sejak kecil. Saya ingin melesat dan menari bersama Kupu-kupu di Bantimurung (Bantimurung dalam pelajaran sekolah saat SD dulu disebut oleh guru saya sebagai Taman Kupu-kupu paling indah di Indonesia). Maka setelah selesai urusan pekerjaan dimana kantor menugaskan saya ke Makasar, hal pertama yang terbersit di kepala saya adalah Bantimurung. Setelah sarapan dan check out hotel, sebelum pulang dan penerbangan saya dijadwalkan jam 5 sore WITA saya berencana ke Bantimurung.
Ada banyak cara ke Bantimurung jika kompasianer ingin kesana. Perjalanan dari Kota Makasar kesana bisa ditempuh dengan carter kendaraan, naik Damri arah Bandara dari depan RRI yang dilanjutkan dengan anggkot (pete-pete ji). Naik motorpun bisa, kalau mau asyik juga. Pihak hotel menyarankan kendaraan rental dari hotel, pikir punya pikir, saya akhirnya saya minta dipesankan taksi blue b*rd. Taksi itu menjemput saya di hotel. Perjalananpun dimulai.
Sebelum ke Kabupaten Maros dimana Taman Wisata Alam Bantimurung berada, saya minta pak sopir mengajak saya mengitari Kota Makasar sebentar. Ya, Makasar, Kota pesisir yang berkembang dengan pesat. Jika Kompasianer ingin liburan kesini, jangan khawatir dengan akomodasi. Tersedia banyak penginapan/hotel dengan kelas yang bisa disesuaikan kemampuan kantong. Meski tiap pagi dan sore saya ke Losari sebab hotel saya di tepi Losari, saya mampir lagi ke Losari. Foto-foto lagi lalu, baru menelusuri Makasar. Makasar yang meski panas terasa teduh sebab saya dalam taksi juga karena banyak pepohonan yang ditanami disisi kiri dan kanan jalan. Macet, ah no, tidak ada disini ji. Saya hanya menemui macet kecil di simpang gerbang menuju Bandara Sultan Hasanuddin karena sedang perbaikan jalan.
Perjalanan menuju Bantimurungpun menyenangkan. Jalanan lenggang. Melewati warung-warung kopi yang disini disebut Bagas Kopi (sayang tak sempat saya singgahi). Melewati hamparan sawah hijau yang menyejukkan. Kata pak sopir taksi, petani di Maros panen 3 kali setahun. Wuih keren. Maros rupanya lumbung beras di Sulawesi Selatan selain Pangkep. Saya memang melihat adanya saluran irigasi disana. Selain itu konon alam Pulau Sulawesi yang merupakan tempat pertemuan palung Asia dan Australia menyebabkan perlintasan angin timur dan barat yang istimewa sehingga hujan bisa turun sepanjang tahun disini. Benarkah? Entahlah, nanti kita cari tau kebenarannya. Sekarang kita fokus dulu ke Bantimurung ya.
“Bu, jasa foto ya. Satu lembar sepuluh ribu”
Saya jawab, ok, 1 lembar foto saja ya. Eh dia juga mengikuti saya bak seorang paparazi dan mengabadikan tiap gerak saya. Sebab keduanya berlaku sopan dan mengambil foto saya dengan tidak menganggu saya biarkan mereka. Jadilah saya dapat guide dan fotografer gratis, hahaha.
Menyelusuri Taman Wisata Alam Bantimurung memang menakjubkan. Ada banyak spot menarik untuk dinikmati keindahannya dan jadi tempat foto narsis dan cukup instagramable disini. Pada hampir sepanjang taman tersedia bangku-bangku keren tempat pengunjung duduk santai, dan foto juga kalau mau. Rumah makan dan hotel pun tersedia disini. Ada air terjun juga gua batu dan danau Kassi Kebo yang keren dengan tangga serta stalagmit dan stalagtitnya. Tempat Ini tidak saya masuki karena waktu saya yang singkat (saya hanya foto-foto di dinding batu di luar). Fokus saya adalah Taman sekitar air terjun dan Kupu-kupu Bantimurung. Saya, ah sudah sudah pasti mengabadikan dan mendokumentasikan beberapa scene yang saya anggap menarik. Setiap jengkal saya pandangi dengan takjub. Sayang, tidak ada kupu-kupu yang menjadi maskot TWA Bantimurung ini kecuali beberapa kupu-kupi kecil (yang dalam penglihatan saya jumlahnya tak sampai selusin) sedang terbang rendah di tanah. Idasyahril si guide dadakan saya berkata, Bulan Desember barulah banyak kupu-kupu. Jika musim kupu-kupu tiba di Bantimurung, ibu harus pakai baju merah nanti kupu-kupu akan hinggap ke badan ibu. Ah, saya merasakan betapa ritmis dan magisnya momen keren itu jika terjadi. Menari bersama kupu-kupu di Bantimurung. Sayang momen impian itu tak terjadi, tapi tetap senanglah saya melihat keindahan Bantimurung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H