Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cerpen Buruk vs Penyakit Kusta

10 September 2012   13:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tadi pagi, sambil memilah-milah berkas yang harus saya kerjakan lebih dulu, tiba-tiba seperti ada yang memanggil-manggil hingga saya melirik HP. Tepat di timeline twitter. Rupanya ada sebuah RT menarik muncul disana. Twit seorang penulis yang diRT oleh penulis lainnya (yang kebetulan saya follow). Isinya, kira-kira sama dengan judul di atas. Cerpen Buruk vs Penyakit Kusta.

@bennyarnas sepakat RT @aslaksana:kenapa saya benci cerpen yang buruk? krn ia lbh mengerikan dari kusta. Ia menulari banyak orang.

Hehehe, maka pikiran iseng sayapun tiba. Saya tepikan ketidaktahuan saya soal siapa itu AS Laksana (baru saja tau tadi setelah googling dan wikiing). Saya reply RT dari bung Benny Arnas itu. He, menurut saya tidaklah perlu penulis macam mereka benci atau takut pada cerpen buruk.

Seperti itulah kira-kira. Sebab penilaian baik/buruk sebuah tulisan adalah juga soal persepsi dan selera. Maka tak perlu benci atau takut, biasa saja. Buatlah tulisan yang bagus. Tugas penulislah menunjukkan mana tulisan/cerpen bagus lewat karya mereka. Pembaca atau bahkan para empu sastra akan menilai.

Apakah cerpen buruk akan menulari banyak orang. Bisa ya bisa juga tidak. Menulari, hanya cocok bagi mereka yang gemar mengekor dan meniru gaya tulisan orang lain. Bagi penulis pembelajar yang punya nyali dan percaya pada gaya tulisan sendiri, ah, biasanya mereka tak perduli. Bahkan, biasanya mereka nyaris tak pernah ( sangat jarang) membaca tulisan orang lain, hehe.

Begitulah. Seorang penulis lain (lupa namanya) pernah berkata bahwa dari tulisan yang burukpun si penulis dan orang lain yang membaca bisa belajar. Menulis itu adalah proses belajar. Dan, masih kata beliau, seorang penulis hebat dulunya adalah seorang penulis pemula yang tentu saja pernah membuat Cerpen Buruk. Jadi ya, sekali lagi, biasa saja. Jangan tulis cerpen buruk, tapi tak usah lebay pula membenci dan menganggapnya penyakit kusta.

Buat anda yang profesinya "Penulis", teruslah menulis. Menulislah dan jangan terlalu sibuk bermain kata soal tulisan yang baik dan buruk ala anda. Sebab sesuatu bernama "Selera" dan "Pakem" itu tidak bisa dipaksa ala diri sendiri. Salam.

Tentu saja cuma racauan tak penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun