Saya tak bisa lagi berkata-kata. Saya telah kehilangan kata-kata. Semua kata-kata saya telah mengering dan menguap. Kenapakah..? Karena..., karena semuanya telah diambil oleh sang 50K. Ya, 50K, perjuangan saya dan teman-teman untuk proyek nekad kami. Kampung Fiksi: Januari 50.000 Kata. Ya, semuanya telah diserahkan kesana.
Maka karena kehilangan kata-kata ini, saya cuma bisa berkata. bahwa dengan seluruh perjuangan yang saya bisa, saya telah menyelesaikan proyek nekad itu di 50.727 kata. Tepat kemarin, entah jam berapa. Ditengah pontang-pantingnya saya beraktivitas, di tempat kerja, melakukan perjalanan keluar daerah yang melelahkan karena tuntutan pekerjaan,juga urusan domestik di rumah, saya bangga bisa menyelesaikan 50K saya. Semuanya berkat kerja keras serta saling support dan saling mendokan diantara teman-teman di kampung fiksi.
Tidak ada yang tidak bisa kalau kita berusaha, itu yang saya buktikan dari 50K ini. Tidak ada pelajaran mahal tentang seluk beluk menulis selain dari menulis itu sendiri. Ya, menulis dan menulis telah mengajari saya bagaimana menangkap ide, bagaimana menuangkannya dalam bentuknya yang pas. Saya belajar bagaimana menulis dengan rasa yang real itu bisa membuat tulisan lebih hidup dan menimbulkan aura menyenangkan saat saya menuliskannya. Itu saya alami saat saya menulis fiksi "Beri Aku Segelas Bir", he, tulisan yang paling saya suka. Hiks, tentu saja ini cuma pendapat pribadi saya saja.
Ya, 50K adalah fase belajar menulis yang menyenangkan buat saya. Terimaksih utuk semua teman-teman. G, mba Endah, Meli, Sari, Suri, SR.Wijaya, Roni, Anazkia, dan semua teman-teman lain yang telah memberi dukungan buat saya. Sampai jumpa. Selamat datang Februari. Semoga kata-kata saya yang berikutnya akan muncul lagi di fiksi-fiksi saya yang berikutnya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H