Mohon tunggu...
Elly Kartika Sari
Elly Kartika Sari Mohon Tunggu... Jurnalis -

tuts komputer lebih lebih berarti dari ingatan yang tajam. Tuliskan, tulisan. Salam kenal, bisa kontak saya di sini WA - 082158513991

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabarlah Nak (2)

18 Januari 2016   18:40 Diperbarui: 18 Januari 2016   18:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua ibu sudah saya temui, sama-sama memiliki dua anak. Latarbelakang berbeda, cara mendidik juga berbeda. Satu antusias membangun kehidupan dan merindukan kegiatan lain, yang satu lagi disibukkan dengan usaha dan antusias bagaimana agar anaknya tumbuh dan berkembang dengan optimal.

---

Kemudian saya bertemu ibu lagi, saya lupa berapa anaknya. Dia banyak bercerita sampai saya lupa, tapi yang tidak kalah mengerutkan kening saya adalah dia mengatakan "anak, saya semua yang membiayayai pendidikannya," 

Wah, saya kemudian menjelajahi pikiran saya, mana suaminya, kerja apa, ngapain aja, lalu ibu ini kerjanya apa, diakah yang menjadi tulang punggung keluarga?

Yah, tidak juga, ternyata suaminya juga pegawai negeri sama dengan dia, hanya saja, si ibu lebih tinggi pangkat dan jabatanya lebih dari pada suaminya. Apakah mereka kerap cekcok karena perbedaan itu? Tidak! itu jawaban si ibu, saya mendengarkan dengan sedikit mengantuk, karena waktu itu dia bercerita ketika saya sedang ingin tidur. Beberapa hari itu saya ditugaskan di luar pulau dan harus se kamar dengan ibu bersahaja tersebut, sudah tua tetapi harus menjalankan tugas kemana-mana, dia tidak lelah, semangatnya bahkan lebih dari saya (mungkin) barangkali perbedaannya dia melalukan demi anak-anaknya, sementara saya bekerja masih hanya untuk saya saja. Jadi saya santai saja. 

Lanjut, ibu itu ternyata sepakat dengan suaminya sebelum menikah, dan berkomitmen untuk menghormati kesibukan satu sama lain. Ekonomi bukan persoalan, hanya saja mendidik anak dan membangun keluarga adalah tanggung jawab bersama. Saya hanya mengerutkan kening, benarkah, ada pasangan setoleran itu, tapi nyatanya memang ada, risau saya tiba-tiba membara, adakah ?

--- 

Sabarlah nak, itu hanya cerita ibu-ibu di luar sana. Kamu?, aku tahu belum lahir dan memang belum ada. 

Nanti, ibumu ini juga akan membangun kehidupan bersamamu kelak, jadi sabarlah nak, 

Jika di luaran sana banyak ibu-ibu yang sudah memanen hasil dari didikan anaknya, tapi aku, ibumu nak, nanti, ibumu masih menanam, memupuk dan menyiram kehidupan sendiri dulu, ya. jadi sabarlah nak, ^_^

 

(Habis)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun