Mohon tunggu...
Ellyne Christina
Ellyne Christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa fakultas pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Keluarga Broken Home terhadap Perkembangan Sosioemosional Anak

16 Juni 2023   21:11 Diperbarui: 16 Juni 2023   21:15 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

           Keluarga adalah kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang saling terhubung oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dan merupakan lingkungan di mana individu-individu pertama kali memperoleh pendidikan, pemahaman, dan pengalaman dalam kehidupan mereka. Menurut (Safrudin, 2015:15) keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosialnya.

           Namun, dewasa ini, banyak keluarga yang mengalami perceraian. Dilansir dari laman  BERITASATU.com 'BKKBN Soroti Angka Perceraian Meningkat Setiap Tahun' (Sabtu, 21 Januari 2023). Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menuturkan jumlah perceraian tahun 2021 sebanyak 580.000. tingginya angka perceraian ini sangat terlihat karena jumlah pernikahan relatif tetap sejak 2015, yakni pada kisaran 1,9 juta hingga 2 juta pasangan yang menikah setiap tahun. Menurut Hasto, situasi ini menunjukkan Indonesia darurat perceraian.

            (Chaplin, 2006) mengemukakan bahwa broken home berarti keluarga retak atau rumah tangga berantakan dengan kata lain adalah keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah atau ibu) yang disebabkan oleh kematian, perceraian, atau meninggalkan rumah. Perceraian umumnya terjadi ketika pasangan mengalami kesulitan dalam menjaga keutuhan dan kebahagiaan dalam pernikahan mereka. Alasan perceraian dapat bervariasi, termasuk ketidakcocokan, perbedaan yang tidak dapat diredakan, pengkhianatan, masalah keuangan, atau ketidakmampuan untuk memecahkan konflik yang muncul di antara pasangan.

            Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk dan mendidik anggota-anggotanya, terutama bagi perkembangan anak. Keluarga bukan hanya tempat anak dilahirkan, tetapi juga menjadi lingkungan utama di mana anak memperoleh dasar-dasar perkembangan sosioemosional, kognitif, dan fisik mereka. Perkembangan sosial emosianal anak adalah salah satu yang harus mendapat perhatian penting para orang tua. Perkembangan sosial emosional merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses di mana seorang anak belajar beradaptasi dengan norma, nilai, dan tradisi masyarakat (Femmi, 2015). Perkembangan sosioemosional anak merupakan aspek penting dalam membentuk individu yang seimbang secara emosional dan sosial. Namun, dengan keadaan keluarga yang broken home tersebut dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan anak terutama dalam sosioemosional anak.

            Anak yang tumbuh dalam keluarga broken home mungkin mengalami ketidakstabilan emosional akibat ketegangan, konflik, dan kecemasan yang ada dalam lingkungan keluarga mereka. Ketidakstabilan ini dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam mengelola emosi mereka sendiri, kurangnya dukungan emosional yang konsisten dari kedua orang tua, atau ketidak mampuan mereka untuk memberikan pola pengasuhan yang stabil, dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk mengenali, mengungkapkan, dan mengatur emosi mereka dengan sehat. Selain itu, ketidakstabilan dan konflik yang terjadi dalam keluarga broken home dapat berdampak negatif pada harga diri dan kepercayaan diri anak. Anak mungkin merasa tidak diinginkan atau bersalah atas situasi keluarga mereka. Kurangnya perhatian, dukungan dan penghargaan yang konsisten dari orang tua dapat membuat anak meragukan dirinya sendiri dan memungkinkan mereka memiliki presepsi negatif tentang diri mereka. Anak dalam keluarga broken home sering kali mengalami perasaan kesendirian dan kehilangan. Mereka akan merindukan kehadiran orang tua secara fisik dan emosional. Kehilangan hubungan dengan salah satu atau kedua orang tua dapat menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam sehingga, sangat mempengaruhi perkembangan emosional anak.

            Perpisahan atau perceraian orang tua dapat menyebabkan perubahan yang signifikan dalam lingkungan sosial anak. Anak mungkin harus beradaptasi dengan dua rumah, dua keluarga, atau pergantian pengasuhan yang sering, yang dapat mengganggu kestabilan dan kontinuitas hubungan sosial mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya. Kondisi di rumah yang penuh konflik atau kurangnya model perilaku sosial yang sehat dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk memahami empati, mengontrol emosi, berbagi, dan berkomunikasi secara efektif. Selain itu, akibat dari ketidakstabilan keluarga dan perubahan dinamika hubungan antara orang tua dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk mempercayai orang lain, membangun ikatan yang mendalam, dan menjaga hubungan yang stabil.

            Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua anak dalam keluarga broken home akan mengalami dampak yang sama. Beberapa anak mungkin dapat mengatasi tantangan dan mengembangkan keterampilan sosial yang sehat, sementara yang lain mungkin memerlukan dukungan tambahan dari lingkungan sosial dan bantuan profesional untuk mengatasi dampak sosial yang timbul. Dukungan emosional yang konsisten, akses ke peran model yang positif, partisipasi dalam kegiatan sosial, serta bantuan profesional dapat membantu anak mengatasi dampak negatif dan memperkuat perkembangan sosial mereka. Dalam situasi keluarga broken home, penting untuk menjaga komunikasi yang terbuka, memberikan dukungan emosional yang konsisten, dan menciptakan lingkungan yang stabil bagi anak. Hal ini dapat membantu mereka mengatasi tantangan sosial yang mungkin muncul dan membentuk hubungan sosial yang sehat di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Bona, M. F. (2023, Januari 21). Retrieved from beritasatu.com: https://www.beritasatu.com/news/1020223/bkkbn-soroti-angka-perceraian-meningkat-setiap-tahun

Mahendra, J. P., Rahayu, F., & Ningsih, B. S. (2022). Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun (Studi Kasus Di Tk Sedesa Tegal Maja Lombok Utara). JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala, 7(2).

Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Tehadap Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal of Community Empowerment, 1-12.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun