Diplomasi publik merupakan sebuah proses global diplomasi kepada publik. Komunikasi yang terbuka, interaktif, dan menjangkau khalayak, berbeda dengan diplomasi tradisional yang melibatkan hanya sedikit individu, diplomasi publik ini terbuka bagi semua orang (McPhail, 2014).Â
Diplomasi yang biasanya terjadi dibalik layar kini dapat dilihat oleh masyarakat secara terbuka melalui media sosial. Fenomena seperti menggunakan media sosial sebagai sebuah cara untuk berdiplomasi bukan merupakan hal baru. Di Twitter misalnya, Mantan Presiden AS seperti Barack Obama dan Presiden AS Donald Trump aktif menggunakan akun Twitternya sebagai alat untuk diplomasi publik.Â
Presiden Jokowi jelas tidak ingin ketinggalan, ia mulai membuat kanal Youtubenya pada Mei 2016 di Istana Bogor. Ia sering mengunggah aktifitasnya melalui sebuah video yang diberi tagar #JKWVLOG. Salah satu vlog yang menunjukkan diplomasi publik ala Presiden Jokowi adalah #JKWVLOG yang berjudul Jamuan Makan Siang Bersama Raja Salman.Dalam video berdurasi 2 menit 26 detik itu, Presiden Jokowi membagikan keakrabannya dengan Raja Saudi Arabia, Salman bin Abdulaziz Al Saud, yang sedang makan siang bersama di Istana Presiden. Melalui vlog-nya, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa kunjungan Raja Salman merupakan kunjungan balasan ketika Presiden Jokowi menghadiri undangannya ke Arab tahun 2015. Raja Salman menyampaikan kalau Arab Saudi dan Indonesia sudah seperti saudara. Vlog tersebut ditutup dengan pesan dari Presiden Jokowi yang berharap agar Arab Saudi dan Indonesia dapat terus berhubungan baik dan dapat saling menguntungkan.
Nah, diplomasi publik yang dilakukan Presiden Jokowi melalui vlog di kanal Youtube-nya ini dikenal dengan istilah Digital Diplomacy atau Digiplomacy. Digiplomacy merujuk pada penggunaan internet dan media sosial untuk aktifitas diplomasi publik. Digiplomacy yang dilakukan Presiden Jokowi membawa kesan personal, dan terasa dekat dengan masyarakat.
Indonesia juga berada di antara negara yang memanfaatkan teknologi digital dalam hal diplomasi internasional. Menurut survey yang dilansir dari The Conversation, Indonesia berada pada peringkat 38 dari 209 negara pada Digital Diplomacy Review 2017 (Prabandari, 2018).
Referensi:
McPhail, T. L. (2014). Global Communication: Theories, Stakeholders, and Trends (4th ed.). John Wiley & Sons Inc.Â
Prabandari, A., & Rahyaputra, V. (2018, Januari 16). What is digital diplomacy and why Indonesia should embrace it? The Conversation. Diakses melalui https://theconversation.com/what-is-digital-diplomacy-and-why-indonesia-should-embrace-it-89327
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H