Seperti pepatah orang tua dahulu, bahwasanya buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohon nya. Pepatah ini cukup ngehits di lingkungan masyarakat dahulu, tapi benarkah demikian? bahwa anak merupakan hasil fotocopy dari orang tua nya seperti yang di yakini oleh nenek moyang kita?
Jawaban nya Benar, tapi tidak sepenuhnya!!
Menurut Aliran Nativisme yang ajaran nya memandang manusia (anak manusia) sejak telah lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut Potensi (dasar). Aliran Nativisme ini menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran.Â
Dengan kata lain bahwa Aliran Nativisme berpandangan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata di mungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan. Misalnya: Kalau ibunya pintar maka kemungkinan besar anak nya juga pintar.
Para penganut Aliran Nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karna itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa "yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik menjadi baik". Bagi Nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat, maka dia akan menjadi jahat, begitupun sebaliknya. Pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar. Adapun tokoh utama (pelopor) aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman, 1778-186) sedangkan tokoh lain seperti J.J Rosseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia.Â
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tua nya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tua nya, tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satu nya faktor yang ada pada orang tua nya, juga bukanlah  satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan nya. Toh banyak juga orang sukses yang lahir dari keluarga yang apa adanya, artinya masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Selanjutnya, kita kaji sedikit tentang teori Lev Vigotsky. Lev vigotsky di kenal sebagai a social cultural constructivist asal rusia. Vigotsky dalam Brodova dan Deborah (1996:23) berpendapat bahwa pengetahuan tidak di peroleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang di bangun dan diciptakan oleh anak.(Konsep dasar PAUD hal: 114)
Kemudian melalui teori revolusi sosio kulturalnya , vigotsky mengemukakan bahwa manusia memiliki alat berpikir (tool of mind) yang dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami (Brodova dan Deborah,1996:26).
Prinsip dasar dari teori vigotsky adalah bahwa anak melakukan proses ko konstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dimana anak tersebut berada. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapatkan secara turun menurun melalui orang-orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuan dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak.
Semoga bermanfaat..