Lantas, apatisme pihak keuskupan di Atambua, NTT, dan pihak pastoran Paroki Kiupukan, kemudian membuat Felis Nessi geram, yang berujung pada aksi memecahkan kaca jendela dan merusak kursi pastoran.Â
Sehingga, melalui novelnya yang berjudul "Orang-orang Oetimu", Felix pun menulis tentang pastor yang suka melindungi kebusukan pastor lain. Bahkan, pertanggal 4/7/2020, tagline Felix Nessi (#SaveFelixNessi) sempat menjadi trending topik Twitter, yang kebanyakan di-tweet oleh para penulis, pegiat sastra, seniman, aktivis, akun-akun komunitas, media pemberitaan, took buku, penerbitan, dan pecinta karya Felix K. Nessi (www.lekontt.com, Sabtu, 4/7/2020).
Pengalaman Felix Nessi dan potensi vulnerability risk, barangkali menjadi sangat relevan ketika kita berbicara tentang profil komunitas tertentu.Â
Pertama, pengalaman Felix Nessi telah menjadi contoh berkenaan dengan vulnerability risk dalam sebuah komunitas. Bahwasanya, akan ada pihak atau orang tertentu yang akan rentan terhadap resiko tertentu dalam sebuah komunitas. Apalagi, ketika komunitas tersebut memiliki visi dan misi, serta idealisme terhadap kebenaran dan keadilan, seperti halnya Komunitas Leko NTT.Â
Kedua, sebagai sorang aktivis, Felix Nessi telah menunjukkan idealisme yang kuat kepada rekan-rekan sekomunitasnya, Komunitas Leko NTT, mungkin juga komunitas lainnya, bahwa adalah urgen untuk selalu berpihak kepada kaum marginal atau orang-orang yang dirugikan oleh kelompok tertentu.Â
Menyuarakan kebenaran dan menuntut keadilan adalah bagian penting yang ditunjukkan Felix Nessi kepada Komunitas Leko NTT, sebagai salah satu citizen journalism dan komunitas yang berpihak sepenuhnya kepada kepentingan masyarakat di NTT.Â
Ketiga, berkaca pada pengalaman Felix Nessi, hal ini kemudian menjadi semacam pemantik untuk kegiatan atau program selanjutnya dari Komunitas Leko NTT. Sebut saja, melakukan sharing atau forum terbuka untuk kemudian mendiskusikan kasus-kasus yang cacat penyelesaiannya, atau social campaign melalui platform media daring untuk memerangi kasus-kasus kaum marginal dan terabaikan, dsb.Â
Poin ini erat kaitannya dengan social risk dalam sebuah komunitas, yang pada akhirnya berujung pada identifikasi atas potensi yang muncu selama program komunitas dijalankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H